Regional

Hidup Nomaden, Museum RAA Adiwijaya Garut Belum Dapat Perhatian Serius 

Untuk mendapatkan lokasi kantor sekaligus gedung penyimpanan benda koleksi di Garut, Museum RAA Adiwijaya pun terpaksa harus berpindah-pindah lokasi dengan risiko benda koleksi menjadi rawan mengalami kerusakan. (zainulmukhtar)

INILAHKORAN, Garut - Sejak dibentuk pada 2009, hingga kini, keberadaan museum daerah milik Pemkab Garut yakni Museum RAA Adiwijaya masih memprihatinkan. Selain benda koleksi dan SDM pengelola masih terbatas, bahkan gedung pun tak punya. 

Untuk mendapatkan lokasi kantor sekaligus gedung penyimpanan benda koleksi di Garut, Museum RAA Adiwijaya pun terpaksa harus berpindah-pindah lokasi dengan risiko benda koleksi menjadi rawan mengalami kerusakan.

Padahal, sejumlah ahli menilai museum berperan penting sebagai pusat pewarisan nilai-nilai budaya, pusat penelitian, dan media pembelajaran. Ada potensi besar Museum RAA Adiwijaya menjadi pusat wisata edukasi di Garut.

Baca Juga : Ewindo Bantu 1.500 Kg Benih Sayuran Unggul untuk Petani Korban Gempa Cianjur

Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum RAA Adiwijaya/Bale Paminton Inten Dewata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Garut Hijriyati Dewi, Museum RAA Adiwijaya saat ini hanya memiliki sebanyak 360 buah koleksi dari 76 jenis benda koleksi. Sedangkan jumlah pegawai yang bertugas di museum hanya sebanyak empat orang.

Dewi menuturkan, pada tahun pertama dibentuk dan menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum, aset dimiliki hanya berupa satu unit meja dan satu unit kursi. Museum ditempatkan di sebuah ruangan kecil di samping bangunan MCK di lingkungan kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (sebelumnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) Garut Jalan Ciledug.

Baru pada 2010, mulai dilakukan pengumpulan benda koleksi museum berupa alat-alat dapur pilemburan (perkampungan) seperti dulang dan langseng, dan alat permainan tradisional. Pada tahun-tahun berikutnya dilakukan pembuatan replika batu lulumpang, maket Kampung Pulo dan Kampung Situs Ciburuy. Juga sempat digelar pelatihan perawatan benda museum dan situs.

Baca Juga : Harga Beras Naik, Masyarakat Ekonomi Lemah Mengeluh

Pada 2014, museum berpindah lokasi ke bangunan sederhana dengan halaman tak begitu luas, bekas Tourist Information Center (TIC) di kawasan Simpang Lima Jalan Pembangunan.

Halaman :

Editor : Doni Ramdhani