Opini

Melihat Dengan Duka Mendalam, Korban Gagal Ginjal dan Korban Kanjuruhan

Tapi, tanpa mereka sadari justru mencuat dengan sendiri. Semakin kuat mereka menutupinya, kebencian itu sendiri berontak untuk menampakkan dirinya.

Dalam ilmu psikologi, Dr. Sigmund Freud mendefinisikan benci sebagai pernyataan ego (ke-akuan) yang ingin menghancurkan sumber-sumber ketidak bahagiaannya. 

Definisi benci yang lebih baru menurut  ‘Penguin Dictionary of Psychology’ (Wikipedia) adalah “emosi yang dalam dan bertahan kuat, yang mengekspresikan permusuhan dan kemarahan terhadap seseorang, kelompok, atau objek tertentu”. (Kompasiana/ 21/2/2010)

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Undefined variable $baca_slug1

Filename: post_amp/_amp_post.php

Line Number: 151

Backtrace:

File: /www/wwwroot/01_inilahkoran/view/application/views/post_amp/_amp_post.php
Line: 151
Function: _error_handler

File: /www/wwwroot/01_inilahkoran/view/application/controllers/Amp_controller.php
Line: 398
Function: view

File: /www/wwwroot/01_inilahkoran/view/application/controllers/Amp_controller.php
Line: 114
Function: post

File: /www/wwwroot/01_inilahkoran/view/index.php
Line: 325
Function: require_once

Baca Juga :

Seseorang semakin mudah berprasangka buruk saat membenci orang lain. Tidak peduli apapun yang dilakukan orang yang dibenci, seolah-olah itu salah di mata orang yang membenci. Tidak ada yang tahu isi hati seseorang kecuali dirinya sendiri. 

Seringkali manusia terlalu yakin menilai orang lain dari apa yang dia lakukan, padahal baru sekali menyaksikannya. Belum tentu seseorang tahu bagaimana keseharian dan kebiasaannya sebelum itu. 

Mulailah sikapi pikiran-pikiran negatif itu dengan baik. Coba sadari situasi tertentu saat mulai muncul banyak pikiran negatif. Saat sudah sadar mulai banyak pikiran negatif yang muncul, kita bisa lebih mengontrol pemikiran kita. Mencegah diri untuk terjebak dalam labirin pikiran kita sendiri. (pijarpsikologi.org, 24/4/2022).

Baca Juga :

Ada suatu nasihat yang dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadits Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dikutip dari Lentera Hati (M.Quraish Shihab): “Cintailah kekasihmu secara wajar saja, siapa tahu suatu ketika ia menjadi seterumu. Dan bencilah seterumu secara wajar juga, siapa tahu suatu saat ia menjadi kekasihmu”.

Halaman :

Editor : Zulfirman