Jabar Juara

One Pesantren One Product, Diskuk Jabar Bidik Program OPOP Tuntas pada 2023

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil atau Diskuk Jabar Kusmana Hartadji menargetkan, program One Pesantren One Product (OPOP) yang menyasar 5.000 pondok pesantren akan tuntas pada 2023 mendatang. (yuliantono)

INILAHKORAN, Bandung - Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil atau Diskuk Jabar Kusmana Hartadji menargetkan, program One Pesantren One Product (OPOP) yang menyasar 5.000 pondok pesantren akan tuntas pada 2023 mendatang. 

Dia mengatakan, sejauh ini program OPOP itu baru sekitar 2.840 ponpes yang baru direalisasikan, mengingat beberapa waktu lalu sedikit terhambat akibat adanya pandemi Covid-19. Kendati demikian, dia mengaku optimistis sisa target sasaran dapat dituntaskan Diskuk Jabar untuk One Pesantren One Product itu dalam jangka waktu satu tahun ke depan.

“Diskuk Jabar memiliki beberapa program strategis, di antaranya OPOP. Kita punya target di lima tahun, sesuai RPJMD menargetkan 5.000 pesantren jadi peserta program One Pesantren One Product. Sekarang sudah 2.800an pesantren yang masuk peserta program. Insyaallah tahun depan kita rekrut lagi sebanyak 2.160 pesantren,” ujarnya kepada INILAHKORAN, Selasa 6 September 2022.

Baca Juga : Ridwan Kamil: Jabar Siap Keliling Mendukung Keterbukaan Informasi Se-Indonesia

“Jelas ini tantangan cukup berat dari kami. Tetapi kami tetap yakin, bisa menyelesaikannya. Apalagi memang dalam mekanismenya, terutama dalam semester II ini sedang proses audisi tahap 2. Namun, dibalik itu tujuan program ini adalah bagaimana One Pesantren One Product ini punya produk untuk menjalankan ekonomi mereka. Kebanyakan pesantren ini di desa dan program ini membantu ekonomi di pedesaan untuk berkembang,” sambungnya.

Kusmana melanjutkan, latar belakang dipilihnya pesantren dalam upaya membangun pelaku kewirausahaan OPOP didasari jumlah santri yang banyak. Program One Pesantren One Product pun memberikan opsi lain kepada mereka agar membuka sudut pikir bahwa semua orang bisa menjadi pelaku usaha berdasarkan potensi di daerah.

“Kenapa pondok pesantren, karena dilatarbelakangi dengan pesantren itu selama ini mengandalkan dari hibah, infak dan sedekah. Kemudian santri ini belum tentu semuanya jadi kyai. Dia juga butuh gambaran untuk melanjutkan masa depannya. Kita banyak role model yang berhasil dari program ini dalam membangkitkan ekonomi. Bahkan dari 2.800-an peserta program kita tadi, 70-80 persen sudah punya produk dan perekonomiannya berjalan,” ucapnya.

Baca Juga : Rapat Paripurna, Kang Emil Sampaikan Berita Baik dan Buruk Kepada DPRD Jabar

Selain difasilitasi dengan diberikannya pelatihan dan pendampingan, para peserta program kata Kusmana juga mendapatkan peluang magang di tempat yang berkualitas untuk menambah pengetahuan mereka. Tentunya disertai sokongan modal, agar mereka bisa mengolah produk mereka secara baik.

Halaman :

Editor : Doni Ramdhani