Optimalkan Keberadaan Kampung KB untuk Cegah Covid-19

Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) bukan semata tempat mendaratnya program keluarga berencana (KB) atau pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana (Bangga Kencana). Keberadaan Kampung KB ternyata memiliki potensi besar dengan mengoptimalkan perannya sebagai sarana pencegahan Covid-19.

Optimalkan Keberadaan Kampung KB untuk Cegah Covid-19

Keunggulan kampung KB juga tidak bisa dilepaskan dari keberadaan rumah data kependudukan dan informasi keluarga (RDKIK). Data, sambung Kusmana, menjadi titik awal bagi pengembangan program pembangunan masyarakat. RDKIK memetakan secara akurat seluruh potensi dan parameter kependudukan sebuah desa atau kelurahan di mana kampung KB tersebut berada.

“Data adalah mata. Data adalah kompas untuk memandu pencapaian sebuah visi dan misi pembangunan. Karena itu, BKKBN sangat concern menjadikan Rumah Data ini sebagai pusat sumber daya informasi desa. Melalui Rumah Data kita bisa melihat situasi aktual untuk kemudian dipetakan apa yang bisa dilakukan, siapa yang seharusnya terlibat, siapa mitra yang bisa digandeng, dan seterusnya,” terang Kusmana.

Arahan Kusmana ini tampaknya sejalan dengan rencana Lurah Inyoh untuk mengembangkan kampung KB di wilayahnya. Inyoh mengaku terus berusaha mengembangkan setiap potensi masyarakat. Salah satunya dengan menggerakkan masyarakat untuk aktif menanam sayur di halaman masing-masing maupun setiap lahan kosong di sekitar tempat tinggalnya.

Baca Juga : Jabar Intens Kembangkan Ekosistem Digital Perdesaan

“Kami sudah mencontohkan dengan menanam aneka sayur di halaman kantor kelurahan. Selanjutnya, kami mengajak setiap rumah menanam paling tidak lima tanaman sayur menggunakan pot atau polybag. Mengapa lima, karena dengan lima pot tersebut berarti bisa dipanen atau dipetik bergantian,” ungkap Inyoh.

“Bahkan, sekarang itu ada tanaman kangkung yang bisa dipanen setiap tiga hari sekali. Belum lagi tanaman seperti cabe merah atau cengek yang bisa dipetik setiap hari. Demikian juga dengan beberapa jenis tanaman lainnya. Jika ini bisa dilakukan secara konsisten, Insyaallah keluarga tidak akan kekurangan gizi. Banyak yang bisa dinikmati dari halaman rumah,” kaya Inyoh.

Lebih dari itu, Inyoh melihat pemanfaatan lahan kosong dengan tanaman produktif bisa menekan pengeluaran keluarga. Biaya yang biasanya dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sayur bisa digunakan untuk keperluan lain.

“Konsep ini sejalan dengan program Sadar Inflasi dari Kementerian Pertanian. Catatan kami di Kota Tasikmalaya, salah satu penyumbang inflasi tertinggi itu adalah sayur-mayur. Kalau sudah begitu, pemangkasan biaya belanja sayur dengan sendirinya mampu menekan angka inflasi. Ini manfaat besar lainnya dari pemanfaatan lahan kosong,” papar Inyoh.


Editor : Ghiok Riswoto