Bandung Raya

Pandemi Melandai, Dusun Bambu Kembangkan Sejumlah Fasilitas Baru

INILAHKORAN, Ngamprah - Objek wisata di Kabupaten Bandung Barat (KBB) kini mulai membaik. Bahkan, mulai melakukan pengembangan dan penambahan sejumlah fasilitas.
Tak hanya itu, beragam inovasi pun dilakukan guna menarik para wisatawan agar kembali berkunjung objek wisata tersebut.
Salah satunya seperti yang dilakukan objek wisata Dusun Bambu yang berlokasi di Jalan Kolonel Masturi KM. 11, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
Manager Operasional Dusun Bambu, Patar Aruan mengatakan, kondisi objek wisata yang dikelolanya setelah pandemi COVID-19 kurang lebih dua tahun dirasa cukup berat.
Namun, meski sekarang sudah terlewati meski belum hilang sepenuhnya, kondisi di objek wisata Dusun Bambu mulai bangkit.
"Meski begitu, kita harus membuat sebuah terobosan dengan mengubah konsep destinasi wisata menjadi the largest outdoor dining resort atau tempat makan outdoor yang terluas," katanya kepada wartawan.
Ia menjelaskan, konsep tersebut konsentrasinya lebih mengedepankan restoran, tapi tidak mengesampingkan wisata itu sendiri.
"Kita buktikan dengan melakukan pengembangan objek wisata dengan menghadirkan playground (taman bermain) yang mengusung konsep wisata untuk wisata keluarga atau family," jelasnya.
Ia menyebut, playground tersebut tidak hanya untuk anak-anak kecil saja tapi juga untuk orang dewasanya.
"Nah, Playground ini merupakan salah satu inovasi yang terbaru. Kendati, sebelumnya sudah ada, namun kita perbaharui lagi," sebutnya.
Kemudian, sambung dia, untuk restorannya sendiri Dusun Bambu kembali menambah satu restoran yang diberinama 'Lembur Urang' dan lokasinya di paling atas Dusun Bambu.
"Jadi kalau kita makan di situ akan disuguhkan pemandangan berupa hamparan sawah, karena kita juga ada sawah di atas," ungkapnya.
Selain itu, suasana dan arsitektur bangunan restoran tersebut juga mengusung konsep Rumah Adat Cipta Gelar di Sukabumi.
"Ya, jadi proses pembangunannya kita langsung datangkan native (warga asli) dari sana. Jadi orang-orang dari Cipta Gelar yang didatangkan langsung ke sini," bebernya.
Ia menuturkan, dalam proses pembangunan miniatur Rumah Adat Desa Cipta Gelar ada sejumlah tahap yang mesti ditempuh lantaran kampung adat sendiri memang notabene diyakini sebagai tempat sakral.
"Jadi seolah-olah kita harus minta restu budaya dari Abah Ugi selaku Kasepuhan Desa Cipta Gelar saat kita berkunjung ke sana," tuturnya.
"Akhirnya direstui, sehingga kita bisa adopsi bangunan itu di sini dan bangunannya itu otentik sekali. Bahkan, sama persis seperti di sana hanya ukurannya saja yang diubah, termasuk materialnya," sambungnya.
Terkait dengan animo pengunjung saat ini, ia mengaku, jumlah kunjungan mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan dengan kondisi saat pandemi terjadi.
"Kalau dulu bisa disebut nyaris tidak ada. Untuk ukuran Dusun Bambu saat diawal-awal buka, pengunjung yang datang untuk berlibur bisa mencapai 10.000- 15.000 orang per hari," ujarnya.
"Kemudian begitu pandemi COVID-19 datang langsung total hilang," sambungnya.
Kendati pandemi melandai, lanjut dia menuturkan, pihaknya pun tidak mengesampingkan penerapan protokol kesehatan (Prokes) yang notabene wajib diterapkan di setiap objek wisata.
"Keselamatan dan keamanan tetap kita jaga. Oleh karenanya kita tidak hilangkan hal itu. Bahkan, dari pintu masuk kita siapkan chamber," ujarnya.
Sebelum masuk, tambah dia, para pengunjung harus melewati ruang kaca untuk selanjutnya disterilkan dengan ozon, baru cek dengan kamera thermal.
"Prokes itu tetap kita terapkan baik di restoran, playground dan semua tempat yang ada di kawasan Dusun Bambu ini," pungkasnya.*** (agus satia negara).

Editor : Ahmad Sayuti