Radikalisme dalam Sudut Pandang Psikologi, Begini Penjelasan Ahli
Masalah radikalisme dan terorisme tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial, politik, ekonomi dan budaya. Pasalnya, dalam lingkungan tersebut ideologi radikalisme serta terorisme tumbuh dan berkembang.

INILAH, Bandung - Masalah radikalisme dan terorisme tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial, politik, ekonomi dan budaya. Pasalnya, dalam lingkungan tersebut ideologi radikalisme serta terorisme tumbuh dan berkembang.
Demikian disampaikan, Ketua Asosiasi Psikologi Militer Indonesia (APMI) Kolonel Caj R. Tagar Pujasambada dalam seminar nasional yang digelarnya bersama Dinas Psikologi Angkatan Darat dengan tema "Radikalisme dan pengukurannya dalam sudut pandang psikologi" Di Grand Aston Tropicana kota Bandung, Rabu (18/12/2019).
Tagar mengatakan, dalam penanganannya, ideologi radikalisme dan terorisme harus juga menggunakan hard approach berupa penindakan dan penegakan hukum terhadap perilaku tindak radikal.
"Dan soft approach berupa pembinaan untuk antisipasi, dan itu dapat dilihat dari sudut pandang psikologi yang diharapkan dapat diketahui oleh masyarakat umumnya, agar pemahaman radikal tidak berkembang," ucap Tagar dalam keterangan persnya, Kamis (19/12/2019).
Ditempat yang sama, Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris menjelaskan, radikal dan terorisme sudah dinyatakan musuh bersama.
Oleh karena itu, dalam penanganannya, BNPT tidak dapat mencegah sendiri perlu kerjasama dari berbagai stakeholder.
"Dalam penanggulangannya kami tidak bisa bekerja sendiri, harus bahu membahu. Diantaranya, para pakar dibidang psikologi dan institusi lainnya," ujar Irfan.
Selanjutnya, Kepala Dinas Psikologi Angkatan Darat Brigjen TNI Eri R. Hidayat menambahkan, paham radikalime saat ini muncul dengan berbagai kontroversi, sehingga perlu ada penguatan pemahaman agar masyarakat dapat menangkalnya.
"Kami memandang paham radikalisme dari sisi psikologi kami akan membahas dari segi pengukurannya, menurut cara psikologi, nilai pengukurannya dapat dilihat objektif, akurat, sehingga diharapkan dengan pengukuran psikologi yang kami sampaikan dapat diterima di masyarakat," pungkasnya.
Perlu diketahui, dalam seminar nasional tersebut tampak hadir beberapa narasumber. Diantaranya, Prof. Irfan Idris dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPT), Prof. Fendy S. Psikolog yang merupakan Dosen Universitas Airlangga, Dr. Yunita Faela Nisa, peneliti Radikalisme dan Dosen di UIN Syarif HIdayatullah serta Dr. Mira Noor Milla, peneliti radikalisme dan Dosen Universitas Indonesia.
Selain itu, seminar tersebut juga dihadiri lebih dari 200 peserta yang berlatar belakang akademisi maupun praktisi, baik dari kalangan Militer dan Sipil.
Beberapa Instansi Militer yang hadir antara lain, Dinas Psikologi Angkatan Darat, Dinas Psikologi Angkatan Laut, Dinas Psikologi Angkatan Udara, Pusat Psikologi BIN, Psikologi BAIS TNI, dan jajaran Staf Teritorial TNI AD.
Turut hadir berbagai Asosiasi Psikologi, instansi pemerintah dan swasta, serta Organisasi masyarakat, antara lain Ikatan Psikologi Klinis Indonesia (IPK Indonesia), Ikatan Psikologi Sosial (IPS), Ikatan Perkembangan Indonesia (IPPI), ikatan Psikoterapis Indonesia, Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi (APIO), Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI), Kementrian Hukum dan HAM, Kementrian Keuangan, dan Lembaga Administrasi Negara. (Ridwan Abdul Malik)