Sikap Kami: Capres yang Tertukar

APAPUN basisnya, politisi itu nyaris selalu bermulut manis. Terutama saat dekat dengan masa kontestasi. Yang keluar dari mulut mereka kerap hal yang muluk-muluk. Jelasnya target utamanya: publik terpikat.

Sikap Kami: Capres yang Tertukar
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil disebut-sebut sebagai kandidat yang akan diusung Koalisi Indonesia Bersatu pada Pilpres 2024.

Banyak sekali tolok ukur yang membuktikan Jawa Barat lebih baik dibanding Jawa Tengah. Misalnya, angka kemiskinan Jawa Tengah masih 9,92%, di atas rerata nasional yang 7,50%. Jabar ada di 7,57%. Laju pertumbuhan ekonomi pun hampir sama, meski Jabar tetap lebih unggul tipis.

Investasi jangan ditanya. Betapapun upah buruh Jateng begitu rendah, alur investasi bak langit dan bumi. Tahun lalu, investasi asing di Jabar US$5.217 juta. Jateng? Hanya US$1.465 juta. Nilai investasi PMDN Jabar pun dua kali lipat Jateng.

Jawa Barat juga terhitung daerah paling sukses dalam penangan pandemi. Sederhana cara membacanya. Ada 1.179.690 pengidap Covid-19 Jabar, yang sembuh 1.157.286. Hanya 15.962 yang meninggal. Hanya 1,35%. Jateng? 5,25%. Betapa banyak strategi penanganan Covid-19 Jabar yang diadopsi di level nasional.

Apa keistimewaan Jawa Barat? Salah satunya karena inovasi dan kolaborasi. Tak bisa dipungkiri, Emil adalah dirijen dalam kemajuan Jabar itu, sama seperti Ganjar jadi dirijen atas apa yang ada di Jateng saat ini. Dari berbagai sudut ukuran itu, Emil lebih tangguh, lebih cerdas, lebih inovatif, dan sanggup berkolaborasi.

Jadi, kenapa harus Ganjar-Emil? Kenapa bukan Emil-Ganjar? Buat kita, ini pasangan capres yang tertukar. Kita menduga, satu-satunya alasan adalah soal elektabilitas. Padahal, masih ada waktu lebih setahun. Bukankah dalam pilpres, elektabilitas pasangan akan saling melengkapi?

Berani Bima Arya? Berani PAN? Berani KIB? (*)

Halaman :


Editor : Zulfirman