Bandung Raya

Tim Peneliti ITB Menciptakan 3 in 1 Face Protector

Foto: Okky Adiana

INILAH, Bandung - Tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan inovasi 3 in 1 Face Protector. Alat ini berguna untuk penanganan Covid-19.

Dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB Yuli Setyo Indartono mengatakan 3 in 1 Face Protector merupakan alat yang memiliki 3 fungsi sesuai dengan namanya. 3 fungsi dalam Face Protector tersebut menggantikan 3 alat yaitu masker N-95, face shield, lalu google. 3 fungsi tersebut digantikan dengan 1 alat yang diberi pasokan udara dengan blower. Namun, alat ini memiliki cakupan yang sangat luas dan tidak terbatas hanya pada penanganan Covid-19 saja.

“Coba bayangkan orang yang kerja di pabrik penggergaji kayu. Banyak serbuk yang berterbangan. Orang di industri yang bekerja dengan banyak polutan debu, asap, dan lainnya juga bisa menggunakan alat ini,” ujar Yuli yang kini menempuh studi S3 di Kobe University Jepang, Minggu (4/4/2021).

Baca Juga : Kebanyakan Berprofesi Sebagai Pedagang, DPW IKM Jabar Cari Solusi Tingkatkan Ekonomi di Tengah Pandemi

Dia menjelaskan, proses kerja alat ini adalah menyaring udara, masuk ke blower melewati filter N-95, baru disemburkan ke snorkling mask yang kedap dan menempel ke permukaan wajah. Hal ini menyebabkan tekanan di dalam positif, tidak ada udara luar yang masuk lewat celah samping karena ada supply tekanan positif dari blower tersebut dan membuat 3 in 1 Face Protector aman digunakan.

Dia memaparkan, menciptakan 3 in 1 Face Protector timbul ketika melihat snorkeling mask. Selain itu, Yuli merasa tenaga medis yang bekerja saat ini cukup kewalahan saat harus menggunakan 3 alat (masker, face shield, dan google) secara terpisah.

“Awalnya, saya lihat snorkeling mask bisa digunakan untuk mencegah penularan Covid jika ditambahkan fitur masker. Tetapi tentu akan membuat rasa gerah ketika dipakai karena udara tidak mengalir. Saya pikir, harus ada pasokan udara dari blower. Setelah saya menciptakan alat ini, saya baru tahu kalau produsen luar menciptakan alat serupa (PAPR) namun dengan harga yang cukup mahal,” ujarnya.

Baca Juga : Kota Bandung Siap Jalankan Skema Belajar Tatap Muka

Setelah alat tersebut dibuat sebanyak 10 unit, kemudian diuji coba untuk dikirimkan ke beberapa fasilitas kesehatan; RSHS, RS Dustira, RS Cibabat, Klinik Swasta, Puskesmas untuk meminta masukkan. 

Halaman :

Editor : Doni Ramdhani