Indonesia Dinilai Miliki Peluang Bangkitkan Industri di Tengah Ketidakpastian dan Kompleksitas Ekonomi Global

Konferensi Internasional The Global Advanced Research Conference on Management and Business Studies (Garcombs) 2022 menilai kompleksitas tantangan dan beragam disrupsi justru menjadi peluang bagi Indonesia untuk membangkitkan industrinya. 

Indonesia Dinilai Miliki Peluang Bangkitkan Industri di Tengah Ketidakpastian dan Kompleksitas Ekonomi Global
Dalam konferensi yang digelar Program Studi Doktor Ilmu Manajemen (DIM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Padjadjaran (Unpad) itu menyoroti salah satu optimalisasi sumber daya mineral yakni seperti nikel yang menjadi bahan baku industri baterai. (istimewa)

INILAHKORAN, Bandung - Konferensi Internasional The Global Advanced Research Conference on Management and Business Studies (Garcombs) 2022 menilai kompleksitas tantangan dan beragam disrupsi justru menjadi peluang bagi Indonesia untuk membangkitkan industrinya. 

Dalam konferensi yang digelar Program Studi Doktor Ilmu Manajemen (DIM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Padjadjaran (Unpad) itu menyoroti salah satu optimalisasi sumber daya mineral yakni seperti nikel yang menjadi bahan baku industri baterai.

Professor International Economics at the Osnabruck University of Applied Science Jerman Peter Mayer mengatakan, saat ini kita tengah hidup dalam era disrupsi. Diperkirakan masih akan ada gangguan lain yang akan datang sehingga membangun ketahanan merupakan hal yang krusial.

Baca Juga : Exotel Nilai Tiga Konsep Ini Pengaruhi Keberlanjutan Customer Experience

Ancaman krisis yang saat ini dihadapi, menurutnya, justru menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk membangkitkan industrinya mengingat negara ini memiliki bahan baku mineral yang sangat dibutuhkan untuk mendukung transisi energi. Namun, untuk mengoptimalkan peluang tersebut Indonesia harus berkolaborasi dengan berbagai perusahaan dari negara lain untuk melakukannya

“Saat ini banyak perusahaan di Jerman dan negara lainnya tengah mereorinetasi tujuan investasinya dari Cina. Indonesia perlu berkolaborasi untuk hal ini,” ujarnya, belum lama ini.

Peter mengemukakan, di tengah kompleksitas gangguan saat ini resiliensi merupakan karakteristik kunci yang butuhkan untuk ekonomi dan bisnis. Dimulai dari level individu, industri atau perusahaan, hingga masyarakat. Adapun dimensi dari resiliensi yang harus menjadi perhatian adalah situasi sosial dan ekonomi, geopolitik, dimensi hijau, dan dimensi digital.

Baca Juga : FOTO: Honda WR-V Dipamerkan di Jawa Barat

“Kita harus memiliki masyarakat yang resiliens. Jika ekonomi dan sistem sosial fragile maka kita tidak akan bisa bertahan ketika dihadapkan dengan gangguan ekonomi makro dan volatilitas. Maka tugas pertama adalah melihat instabilitas, risiko, serta kondisi sosial dan ekonomi,” ujarnya.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani