Pasokan Telur dan Cabai Rawit Defisit, Beras dan Ayam Melimpah

Menjelang Ramadan tahun ini, pasokan telur ayam dan cabai rawit di Jabar diprediksi defisit. Sedangkan, komoditas lain seperti cabai merah, beras, dan daging ayam dipastikan stoknya melimpah.

Pasokan Telur dan Cabai Rawit Defisit, Beras dan Ayam Melimpah
Foto: Rianto Nurdiansyah

INILAH, Bandung - Menjelang Ramadan tahun ini, pasokan telur ayam dan cabai rawit di Jabar diprediksi defisit. Sedangkan, komoditas lain seperti cabai merah, beras, dan daging ayam dipastikan stoknya melimpah.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar Koesmayadi mengatakan, untuk ketersedian telur ayam selama Ramadan-Lebaran terhitung sebanyak 20.100 ton. Sedangkan, tingkat kebutuhan untuk Ramadan saja mencapai 53.626 ton. Artinya, terdapat defisit sebanyak 33.514 ton. 

“Pada hari normal biasa juga, komoditas telur itu defisit. Karenanya, telur itu didatangkan dari luar seperti dari Kendal (Jawa Tengah), Blitar (Jawa Timur), dan Medan (Sumatera Utara). Defisit itu akan bertambah besar menjelang Ramadan-Lebaran ini,” ujar Koesmayadi di Gedung Sate, Kamis (25/4/2019).

Menurutnya, penyebab kekurangan itu lantaran telur merupakan produk peternakan yang tak hanya memenuhi kebutuhan rumah tangga. Namun, telur juga merupakan bahan pokok dari produk olahan industri. Khususnya, pabrik kue kering dan biskuit yang jumlahnya relatif banyak di Jabar. Pelaku industri itu meningkatkan produksinya menjelang Ramadan-Lebaran.

Dia mengaku, pihaknya terus mengajak para peternak di Ciamis untuk mengembangkan ayam petelur. Selain untuk memenuhi kebutuhan di Jabar, telur yang dikonsumsi masyarakat pun relatif lebih segar. Mengenai harga, saat ini telur dibanderol Rp20-23 ribu/kg. 

“Peternak di Ciamis kita harapkan tidak sungkan mengembangkan ayam petelur. Sebenarnya, ayam petelur kita cukup bermutu karena fresh. Coba bayangkan saja perjalanan Medan ke Bandung itu berapa hari?” ucapnya. 

Sedangkan, untuk ketersediaan cabai rawit dia sampaikan saat ini kondisinya minus 5.375 ton. Salah satu penyebabnya lantaran saat ini kian menjamurnya usaha kuliner seperti ayam geprek dan seblak yang membutuhkan relatif banyak cabai rawit. 

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani