Elektabilitas Jokowi-Ma'aruf Stagnan, Begini Tanggapan Dedi Mulyadi

Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo (Jokowi)- Ma'aruf Amin Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengomentari potensi stagnan raihan suara capres/cawapres nomor urut 02 itu. 

Elektabilitas Jokowi-Ma'aruf Stagnan, Begini Tanggapan Dedi Mulyadi
Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo (Jokowi)- Ma'aruf Amin Jawa Barat, Dedi Mulyadi
INILAH, Karawang - Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Joko Widodo (Jokowi)- Ma'aruf Amin Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengomentari potensi stagnan raihan suara capres/cawapres nomor urut 02 itu. 
 
Diketahui, berdasarkan rilis survei Charta Politika yang dilakukan per 22 Desember 2018 sampai 2 Januari 2019, elektabilitas kedua pasangan capres dan cawapres disebut cenderung tidak bergerak sejak Oktober 2018 lalu. 
 
Jokowi-Ma'ruf Amin meraih suara responden sebanyak 53,2 persen sementara 34,1 persen memilih Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. 
 
Survei tersebut dilakukan kepada 2.000 responden dari 34 provinsi yang dipilih dengan metode multistage random sampling. Margin of error dari survei +- 2,19%, dengan tingkat kepercayaan 95%. 
 
"Petahana itu kan memiliki ruang yang cukup terbuka untuk menambah jumlah suara," ujar Dedi di Kampung Wadas, Telukjambe Timur, Karawang, Kamis (17/1) Malam.
 
Dedi optimistis raihan suara untuk pasangan Jokowi-Maruf Amin akan terus bertambah sekalipun dalam survei dinilai tidak banyak bergerak. 
 
Menurut dia, segala bentuk berita maupun data yang diragukan keakuratannya alias hoaks perlu diantisipasi dan dikemas dengan lebih baik.
 
"Karena hari ini jangankan orang awam, setingkat orang pintar pun hampir tidak bisa membedakan mana hoaks mana yang tidak," katanya.
Kendati begitu, dia sampaikan, pihaknya tidak anti kritik sekalipun lembaga survei menilai raihan suara pasangan Jokowi-Maruf Amin dinyatakan mandeg. 
 
Dia mencontohkan, bilamana dikritik mengenai angka kemiskinan maka jangan ditepis dengan menyebut tidak ada masyarakat yang miskin selama kepemimpinan Jokowi.
 
"Kelemahan itu lebih baik diungkapkan oleh diri kita daripada oleh orang lain. Karena kalau kita yang mengungkapan sendiri, kita akan memperbaiki kelemahan itu. Sehingga menurut saya stagnan itu bisa berubah," paparnya.
 
Lebih lanjut, Dedi sampaikan, pihaknya akan mendorong para calon pemilih yang memiliki kejelasan berafiliasi pada pasangan Jokowi-Maruf Amin dalam riset survei agar datang ke TPS pada pelaksanaan Pilpres 2019 nanti. 
 
"Kadang kelemahan kita sudah ada data statistik misalnya 56 persen, tetapi yang menyatakan (memilih pasangan calon) ketika diriset itu dia tidak datang ke TPS," paparnya.
 
Disinggung soal suara pemilih tidak loyal alias swing voters, Dedi menilai, tidak mungkin seluruhnya akan beralih ke salah satu pasangan calon. 
 
Karena itu, satu satunya cara yang pihaknya akan tempuh adalah menyajikan seluruh progres bahwa pemerintah di masa kepemimpinan Jokowi sudah terlaksana
dengan baik dan efektif.
 
Menurut Dedi, pemimpin yang berani mengenjot  pembangunan infrastruktur memiliki resiko yang sangat besar disandingkan yang memilih strategi memperbanyak dana bantuan sosial untuk membeli hati masyarakat. 
 
Namun bilamana pembangunan infrastruktur tidak dilakukan maka tidak akan tampak perkembangan negeri ini.
 
"Saya kasih contoh, ketika kita masuk tol Kerawang Barat, Bekasi Timur, Bekasi Barat kita ngedumel karena macet. Karena ada pembangunan jalan tol layang, dan juga ada pembangunan LRT, tapi setahun ke depan orang orang akan tersenyum menikmati itu," pungkasnya. 


Editor : inilahkoran