Ketika Orang Tua Menyuruh Anak Pacaran, Zaman Apa Ini?

PACARAN, aktivitas lumrah yang dilakukan berbagai macam kalangan baik yang masih anak-anak, dewasa hingga tua renta. Apa penyebabnya? Apakah hal itu telah menjadi budaya atau memang suatu hal biasa

Ketika Orang Tua Menyuruh Anak Pacaran, Zaman Apa Ini?
ilustrasi

PACARAN, aktivitas lumrah yang dilakukan berbagai macam kalangan baik yang masih anak-anak, dewasa hingga tua renta. Apa penyebabnya? Apakah hal itu telah menjadi budaya atau memang suatu hal biasa yang dianggap wajar dalam paradigma masyarakat dewasa ini?

Berkaca pada berbagai tindakan amoral yang ditimbulkan dari aktivitas pacaran, tetap saja tak menyurutkan angka pertumbuhan pasangan di luar sana. Bergonta-ganti pacar bukan lagi hal yang perlu ditutupi, karena definisi pacaran memang bukanlah suatu aib, melainkan kebanggaan bahwa diri mereka berkualitas hingga mampu menarik lawan jenis.

Tak sedikit pula orangtua yang justru mengizinkan bahkan mendorong anak-anaknya untuk memiliki pacar. Ditambah lagi dengan dukungan moral maupun materiil yang diberikan demi kelancaran hubungan anak-anak mereka. Entah ada di zaman apa kita sekarang ini?

Ketika maksiat tak lagi dianggap sebagai perbuatan dosa. Ketika orangtua malah menjadi penjerumus neraka bukannya penunjuk surga. Ketika anak lebih mencintai perbuatan dosa ketimbang mempelajari agama. Dan ketika kehidupan dunia yang fana lebih diperjuangkan ketimbang akhirat yang baka.

Ada benarnya ketika Ustaz Felix Y. Siauw dalam salah satu dakwahnya mengatakan, "Pacaran dan selingkuh itu sama saja, aktivitasnya tidak ada bedanya, sama-sama merayu, memegang, menjamah, yang belum dinikahi, tangan yang belum diakadin. Pacaran dan selingkuh itu tiada bedanya, sama-sama maksiat, sama-sama tidak diridai Allah, sama-sama perbuatan tercela. Bedanya, selingkuh itu khianati pasangan, dan pacaran itu khianati Allah tapi pelakunya punya sifat sama, nggak mau taat pada aturan Allah."

Dan dalam akhir pesannya, beliau berkata, "Hati-hati laki-laki yang menikah karena fisik. Laki-laki itu semuanya sama termasuk saya, kalau menikah karena fisik, setelah 3 hari menikah, rumput tetangga lebih hijau. Betul begitu yang sudah menikah? Maka orang yang pacaran, dia itu segala-segalanya, matanya indah banget, dagunya ya Allah, bibirnya ya Allah. Tapi setelah jadian kok kayanya temannya jadi cantik. Jadi hati-hati yang sekarang cari pasangan lewat pacaran. Siap-siap ketika sudah nikah sengsara."

Dan semoga menjadi keinsafan kita bersama bahwa tidak ada pacaran yang syar'i. Dosa tetaplah dosa meski semua orang di dunia memakluminya. Maksiat tetaplah maksiat meski dibalut dengan taat. Karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah Azza wa Jalla. [DOS]


Editor : inilahkoran