Sulit Berkelit dari Sengit

Laga pembuka Grup B turnamen Piala AFF 2018 berlangsung malam nanti di Stadion Nasional, Singapura. Tuan rumah Singapura meladeni tantangan Indonesia.

Sulit Berkelit dari Sengit
Pemain timnas Stefano Lilipaly (kiri) dan Evan Dimas (tengah) berlatih di Stadion Nasional Singapura
INILAH, Bandung - Laga pembuka Grup B turnamen Piala AFF 2018 berlangsung malam nanti di Stadion Nasional, Singapura. Tuan rumah Singapura meladeni tantangan Indonesia.
 
Pelatih timnas Indonesia Bima Sakti memperkirakan laga melawan Singapura akan berjalan ketat. Alasannya, Bima menilai skuat asuhan juru taktik Fandi Ahmad itu semakin membaik dari tahun ke tahun.
 
Tim Singapura saat ini digambarkannya lebih kuat dengan penyerang dan organisasi tim yang bagus. Mereka, kata dia, memiliki transisi bertahan-menyerang yang baik.
 
Prediksi pria bernama lengkap Bima Sakti Tukiman itu bisa saja benar. Terlepas dari soal teknis, dalam sejarah pertemuan kedua tim di Piala AFF, Indonesia tidak pernah sekalipun mampu berkelit dari laga sengit.
 
Paling segar dalam ingatan tentu saja pertemuan kedua tim di babak grup Piala AFF 2016. Saat itu, Indonesia memang menang 2-1, tetapi Singapura unggul 1-0 terlebih dahulu selama 35 menit sampai Andik Vermansah (62') dan Stefano Lilipaly (85') menorehkan gol balasan. Indonesia pun mencatatkan comeback apik.
 
Mundur empat tahun sebelum laga itu, tepatnya tahun 2012 di laga grup AFF, Indonesia perlu waktu sampai menit ke-87 untuk membuat satu-satunya gol dalam laga tersebut melalui kaki Andik.
 
Pada AFF 2008, Indonesia malah kalah 0-2 dari Singapura, sementara Piala AFF 2007 bermain imbang 2-2. Total, dari delapan kali pertemuan di Piala AFF, Indonesia hanya menang dua kali dari Singapura dan mengalami empat kekalahan.  
Yang mungkin menyakitkan, dua dari empat kekalahan itu terjadi ketika Indonesia ditaklukkan Singapura di laga kandang-tandang final Piala AFF 2004.
 
Ditambah lagi, Singapura telah empat kali menjuarai Piala AFF. Sementara Indonesia, masing memburu yang pertama.
Catatan-catatan sejarah itu memang tidak akan memengaruhi hasil laga, tetapi setidaknya membuktikan laga Singapura melawan Indonesia selalu membuat "deg-degan" penggemar masing-masing kesebelasan.
 
Salah satu keunggulan yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk menaklukkan Singapura di Piala AFF 2018 tentu saja kecepatan para pemain sayapnya, seperti disampaikan pelatih Bima Sakti.
 
Skuat berjuluk tim Garuda setidak-tidaknya memiliki empat nama yang mampu bermain melebar di sisi serang kiri maupun kanan dalam formasi 4-2-3-1. Itu merupakan peninggalan pelatih sebelumnya Luis Milla, yang kerap diterapkan Bima Sakti. Empat pemain yaitu Febri Hariyadi, Irfan Jaya, Andik Vermansah dan Riko Simanjuntak.
 
Keempat pemain ini memiliki kemampuan hampir setara yang membuat permainan melebar Indonesia dikhawatirkan Pelatih Singapura, Fandi Ahmad. Fandi yang memastikan timnya tidak akan tampil bertahan dengan jujur mengakui bahwa dirinya mengantisipasi serangan balik kilat Indonesia.
 
Ketika Singapura menyerang, pria yang pernah melatih klub Indonesia Pelita Jaya tersebut memperkirakan ada ruang kosong di sepertiga wilayah belakang skuatnya.  Situasi itu akan dimanfaatkan Indonesia yang, berdasarkan pengamatannya, selalu menempatkan pemain sayap yang "menggantung" di lini tengah.
 
"Ketika Indonesia bertahan, biasanya ada pemain sayap mereka tidak terlalu mundur ke pertahanan. Ini yang bakal membuat kami sulit melakukan transisi dari menyerang ke bertahan. Kami harus hati-hati dengan itu dan mesti tetap kompak demi menghentikan pergerakan pemain lawan," kata Fandi.
 
Bahkan Fandi tak segan memberikan pujian kepada salah satu sayap Indonesia, Febri Hariyadi. Setengah bercanda, dia mengatakan timnya "membutuhkan polisi" untuk menghentikan pergerakan Febri.
 
Pendapat setengah bercanda itu tidak dikeluarkan Fandi begitu saja. Febri Hariyadi memang sempat membuat skuatnya menderita ketika timnas U-23 Indonesia bersua Singapura dalam pertandingan persahabatan di Singapura, Maret 2018.
 
Saat itu, Febri membuat satu gol dan dua "assist" untuk membawa Indonesia menang dengan skor 3-0.
"Sulit untuk mengawalnya. Dia pemain yang sangat bagus. Yang bisa kami lakukan untuk laga besok adalah menjalankan rencana permainan dengan disiplin," tutur Fandi.
 
Pelatih  Di bawah asuhan Fandi Ahmad yang ditunjuk menangani tim sejak Mei 2018, Singapura sejatinya memiliki pertahanan yang apik. Dari tiga laga persahabatan internasional Singapura mulai September 2018, skuat "The Lions" selalu menang, membuat enam gol dan kebobolan satu gol.
 
Demi AFF 2018, Fandi pun telah melaksanakan program pemusatan latihan di Osaka, Jepang, selama dua minggu. Meski hasil-hasil latih tanding di sana dinilainya tidak terlalu bagus, Fandi menganggap timnya sudah membangun sebuah kemajuan.
 
Fandi yang baru pertama kali melatih di Piala AFF juga tidak segan meletakkan kepercayaan kepada nama-nama muda ke skuat nasional Singapura, seperti Ihsan Fandi (20 tahun) yang sudah mencetak tiga gol dari delapan laga untuk Singapura.   Ihsan merupakan anak dari Fandi Ahmad, sama seperti Irfan Fandi, bek yang baru berumur 21 tahun pada 13 Agustus 2018.  
 
Di kubu Indonesia, Bima Sakti juga berstatus sebagai pelatih anyar yang debut di Piala AFF 2018.   Ditunjuk sebagai pelatih sementara setelah juru taktik sebelumnya Luis Milla tak mau memperpanjang kontraknya yang berakhir Agustus 2018.
 
Bima telah menunaikan tiga laga persahabatan resmi FIFA dengan torehan dua kali menang dan sekali seri. Dalam rentang itu, anak-anak asuhnya menciptakan lima gol serta hanya sekali kebobolan.
 
Pencapaian itu membuat Bima sukses mendapatkan kontrak baru dari PSSI pada Oktober 2018. Tugas berat menanti asisten pelatih timnas U-23 Indonesia di Asian Games 2018 ini. Dia ditargetkan menjadi juara di Piala AFF 2018 dengan persiapan yang singkat. (bsf)


Editor : inilahkoran