Menguak Makna Dibalik Mitos Curug Sawer, Ritual Mandi untuk Mendapat Jodoh 

Floklor atau tradisi lisan atau lebih familiar disebut mitos tak terlepas dari hadirnya objek-objek tertentu, seperti wisata, bangunan-bangunan bersejarah dan lainnya.

Menguak Makna Dibalik Mitos Curug Sawer, Ritual Mandi untuk Mendapat Jodoh 
Floklor atau tradisi lisan atau lebih familiar disebut mitos tak terlepas dari hadirnya objek-objek tertentu, seperti wisata, bangunan-bangunan bersejarah dan lainnya./istimewa
INILAHKORAN, Ngamprah - Floklor atau tradisi lisan atau lebih familiar disebut mitos tak terlepas dari hadirnya objek-objek tertentu, seperti wisata, bangunan-bangunan bersejarah dan lainnya.
Namun, adanya tradisi lisan ini justru semakin melengkapi dan menarik sebuah objek wisata. Bahkan, membuat penasaran orang untuk mengunjungi objek tersebut.
Salah satunya seperti tradisi lisan dibalik keindahan Curug Sawer, Desa Cililin, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Dibalik eksotika alamnya yang indah dan masih perawan, Curug Sawer ternyata memiliki mitos atau tradisi lisan yang masih dijaga secara turun-temurun oleh masyarakatnya.
Pamong Budaya dan Nilai Tradisi pada Disparbud KBB, Hernandi Tismara mengatakan, Curug Sawer memiliki tradisi lisan yang merupakan objek pemajuan kebudayaan di Kabupaten Bandung Barat yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017.
"Curug Sawer sendiri berada dalam kesatuan pemangku hutan perhutani Bandung Selatan," katanya kepada wartawan, Jumat 21 Oktober 2022.
Ia menambahkan, adapun pengelolaan Curug Sawer dikelola secara langsung oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis). 
"Mereka yang mengembangkan destinasi untuk dipromosikan kepada masyarakat," ujarnya.
Sesepuh Curug Sawer, Uu Subardah (82) menuturkan, sejarah Curug Sawer dahulu kala saat para pemuda atau pemudi yang ingin mendapatkan jodoh bisa mandi di Curug Sawer.
"Tujuan mandi di Curug Sawer ini untuk membersihkan diri dari berbagai penghalang yang menyelimuti dalam tubuh," tuturnya.
Selanjutnya, jelas dia, sesudah melakukan ritual mandi lelaki atau perempuan tersebut pulang ke rumah masing-masing untuk melakukan syukuran berupa membuat nasi tumpeng.
"Sambil memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar diberikan rezeki jodoh yang sejati," jelasnya.
Ia mengaku, apabila budaya di Curug Sawer tersebut akan kembali dilestarikan, maka pihaknya bakal mendukung baik siang maupun malam apapun yang ada di Curug Sawer akan dihadapi.
"Apapun kepentingannya saya siap memfasilitasi," ucapnya.
"Silakan datang kita upayakan dan berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Insyaallah bakal diijabah karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala memiliki sifat rahman rahim maha pemberi kasih sayang," sambungnya.
Ia mengungkapkan, dahulu sempat ada pasangan yang ingin mengabadikan fotonya di Curug Sawer melalui handphone. Namun, ternyata dalam hasil fotonya ditemukan ada sosok makhluk yang memeluk keduanya dengan pakaian putih.
"Bahkan hal itu sudah dilaporkan ke Polsek dan Koramil setempat," ucapnya.
Ia menyarankan, bagi muda-mudi yang ingin melakukan ritual mandi ke Curug Sawer waktu yang paling baik untuk datang, yakni malam Selasa dan malam Jumat.
"Sebab, ada karuhun di sini (Curug Sawer) namanya Embah Lutrun," ujarnya.
Terpisah, pengurus Pokdarwis Curug Sawer, Rahmat mengatakan, Curug Sawer ini dahulunya merupakan tempat pemandian masyarakat karena dipercaya memiliki karomah, serta suara airnya yang gemericik seperti air sawer.
"Di sini itu ada tujuh curug, antara lain Curug Biru, Curug Sawer, Curug Cililin, Curug Gantar, dan tiga curug lainnya," sebutnya.
Selain itu masyarakat, khususnya dari berbagai paguron kerap melakukan ritual, seperti Upacara Ngabungbang. 
"Para paguron silat ini kerap melakukan ritual mandi pada bulan Maulid dan diadakan Upacara Nyipuhan," ujarnya.
Kendati begitu, ia mengaku kerap mendapat keluhan dari pengunjung lantaran saat ini kondisi air di Curug Sawer bisa dibilang kecil berbeda dengan zaman dahulu.
Ia berharap, Curug Sawer bisa menjadi wisata masyarakat yang di dalamnya terdapat keunikan dan sejarah lainnya.
"Insyaallah semoga kedepannya ini tempat bisa membangun kawasan ini," pungkasnya.*** (agus satia negara).


Editor : JakaPermana