Ratusan Hektare Lahan Garam Terendam Rob, Petani Cirebon Tagih Janji Moeldoko

Sudah hampir tiga tahun ini, Ratusan hektare lahan garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon terendam rob. Alhasil,   mayoritas petambak di desa ini tidak bisa produksi garam. 

Ratusan Hektare Lahan Garam Terendam Rob, Petani Cirebon Tagih Janji Moeldoko
Sudah hampir tiga tahun ini, Ratusan hektare lahan garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon terendam rob. Alhasil,   mayoritas petambak di desa ini tidak bisa produksi garam. /INILAH-Maman Suharman
INILAHKORAN, Cirebon - Sudah hampir tiga tahun ini, Ratusan hektare lahan garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon terendam rob. Alhasil,   mayoritas petambak di desa ini tidak bisa produksi garam
Harusnya, di bulan Agustus ini petambak garam tengah panen raya. Namun, mereka harus gigit jari karena tidak bisa produksi. Imbasnya, lahan garam  banyak yang ditinggalkan. Mereka menagih janji Kepala Staf Presiden (KSP) RI, Moeldoko yang tahun lalu mendengarkan keluhan petambak garam.
Saat itu, Moeldoko  berjanji melalui Kementerian Kelautan untuk merevitalisasi bibir pantai di wilayah ini.
Seperti yang dialami petambak garam di desa setempat, Ismail Marzuki (35). Dia mengaku saat ini mayoritas lahan garam di desanya terendam air rob. Hanya sebagian lahan saja yang posisinya jauh dari laut, dalam keadaan aman dan bisa produksi.
"Ya kalau dijumlah mencapai ratusan hektare yang sudah terendam air rob dan tidak bisa digarap. Paling hanya seperempat lahan garam yang bisa produksi tahun ini, itu pun kami kesusahan juga mengolahnya," kata Ismail, Selasa (23/8/2022).
Menurutnya, meski posisinya jauh dari laut dan tidak terkena rob, cuaca kemarau tahun ini tidak menentu. Karena di bulan Agustus masih turun hujan. Sehingga, proses pengolahannya lama untuk bisa menghasilkan garam
Ia menjelaskan, kondisi lahan garam terendam air pasang ini sudah tiga tahun. Namun yang terparah di kemarau tahun sekarang. Pada tahun  2020, dengan lahan garam 7.500 meter persegi, Ismail masih bisa produksi meski hanya mendapatkan 7 ton garam dalam satu musim. Kemudian di tahun 2021 menghasilkan 5 ton garam.
"Kalau dibandingkan tahun 2019, hasil produksi garamnya sangat jauh. Di lahan yang sama, saya masih bisa menghasilkan 85 ton garam dalam satu musim," ungkapnya.
Untuk harga garam di petambak sendiri, ia tak memungkiri memang lumayan tinggi. Perkilogramnya bisa mencapai Rp 1.000 sampai Rp1.300, tergantung kualitas garam. Hanya saja, tingginya harga itu dikarenakan tidak ada garam di petambak. 
"Ya percuma juga harga tinggi, kami tidak bisa produksi kok. Kalau semua bisa produksi ya bisa saja harga garam seperti dulu-dulu. Saat panen raya malah anjlok di angka Rp 100 perkilogramnya," ucap Ismail.
Dia menilai, dengan kunjungan KSP RI, Moeldoko sepuluh bulan yang lalu, harapan petambak garam terhadap pemerintah pusat sangatlah besar untuk membenahi kondisi tersebut. Namun, beberapa janji KSP di hadapan petambak garam saat itu, sampai sekarang belum terealisasi sama sekali.
"Ya kami pasrah saja dengan kondisi ini. Tapi kalau boleh menagih janji Bapak Moeldoko ya kami minta segera direalisasikan. Saat itu, Pak Moeldoko salah satunya menjanjikan melalui kementerian mau membenahi sepanjang pantai agar tidak terus digerus abrasi karena rob," paparnya.
Petambak Garam lainnya, Tohari mengaku, tahun ini ia meninggalkan lahan garapan garamnya. Ia mengaku menyerah untuk terpaksa tidak melanjutkan mengolah lahan garamnya. Karena sudah beberapa kali ia menambak tanggul selalu saja diterjang air rob. Sehingga dirasa percuma, hanya membuang waktu, tenaga, biaya saja.
"Bulan Juni lalu saya sudah berusaha mulai membenahi lahan garam, tapi terus-terusan diterjang rob. Jadi ya percuma. Tahun ini paling parah dibandingkan dua tahun sebelumnya," aku Tohari.
Berbeda dengan Ismail dan Tohari, Petambak Garam lainnya, Oman Mukti mengaku, dirinya sudah bisa memanen garam di lahan garapannya. Hanya saja, kesulitan untuk mengolah dan memproduksi garam seperti sebelum-sebelumnya. Selain cuaca tak menentu, ia harus berjuang selama 7 bulan baru bisa memanen garam.
"Dari bulan Januari saya sudah terjun. Dan baru bisa merasakan hasilnya. Tapi tidak bisa banyak hasil penennya enggak kayak dulu," pungkasnya. (maman suharman)***


Editor : JakaPermana