Dampak Cuaca Ekstrem di KBB, Curug Pelangi Terpaksa Ditutup Sementara 

Kondisi cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) selama dua bulan terakhir memaksa objek wisata harus tutup.

Dampak Cuaca Ekstrem di KBB, Curug Pelangi Terpaksa Ditutup Sementara 
Kondisi cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) selama dua bulan terakhir memaksa objek wisata harus tutup./Agus Satia Negara
INILAHKORAN, Ngamprah - Kondisi cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) selama dua bulan terakhir memaksa objek wisata harus tutup.
Pasalnya, ada sejumlah objek wisata di KBB yang berlokasi di wilayah yang rentan terjadi bencana seperti longsor.
Salah satunya seperti objek wisata alam Curug Pelangi yang berlokasi  di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang sudah lebih dua bulan tutup.
Perhutani selaku pengelola Curug Pelangi terpaksa mengambil kebijakan untuk menutup sementara objek wisata alam Curug Pelangi guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
Terakhir, Jalan Kolonel Masturi (Kolmas) yang berlokasi tepat di samping Curug Pelangi mengalami longsor  pada Jumat 2 Desember 2022.
Petugas Curug Pelangi, Yopi Nugraha mengatakan, penutupan objek wisata Curug Pelangi sudah dilakukan sejak dua bulan lalu.
"Kami melihat kondisi cuaca yang setiap hari turun hujan, menjadi dasar untuk menutup sementara Curug Pelangi," katanya kepada wartawan, Senin 5 Desember 2022.
Ia menuturkan, penutupan tersebut merupakan langkah preventif untuk menghindari kejadian yang tak diinginkan. Sebab, hujan deras hampir turun setiap hari di wilayah Cisarua dan sekitarnya.
"Seperti kejadian akhir pekan kemarin, terjadi longsor susulan pada badan Jalan Kolmas yang berada tepat di samping Curug Pelangi," tuturnya.
"Material longsor memang ke lokasi wisata, hanya jauh dari akses jalan bagi wisatawan yang hendak ke lokasi curug," sambungnya.
Ia pun mengaku, selama dua bulan lebih tutup pihaknya kehilangan potensi pendapatan cukup besar. Padahal, saat hari libur pasca pandemi tingkat kunjungan bisa di atas 100 orang.
"Tapi, sejak terjadi longsor yang pertama pada dua tahun lalu.  Tingkat kunjungan memang menurun drastis,  salah satunya bus pariwisata sudah tidak bisa masuk. Padahal satu bus bisa mengangkut 54 sampai 60 wisatawan," sebutnya.
Kendati demikian, untuk potensi kehilangan pendapatan, dirinya menyarankan agar menanyakan langsung  kepada manajemen Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara.
"Semua data pastinya ada di kantor Perhutani KPH Bandung Utara," ujarnya.
Tak hanya itu, sejak Curug Pelangi ditutup sementara juga memberikan dampak pada warung-warung yang ada di sekitarnya.
"Karena Curug Pelangi tutup, otomatis warung-warung yang ada di sana juga ikut tutup. Ada lima warung yang tutup," tandasnya.*** (agus satia negara)


Editor : JakaPermana