Genjot Pariwisata dan Ekonomi, Disparbud Jabar Dorong Realisasi Pasar
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar mendorong pembangunan pasar digital yang belum terealisasi di sejumlah daerah. Selain menggenjot sektor pariwisata, langkah ini dilakukan guna mendong

INILAH, Bandung - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar mendorong pembangunan pasar digital yang belum terealisasi di sejumlah daerah. Selain menggenjot sektor pariwisata, langkah ini dilakukan guna mendongkrak sektor ekonomi setempat.
Kepala Bidang Pemasaran Disparbud Jabar Iwan Darmawan mengatakan, proyek ini kali pertama digaungkan pada Maret 2018 lalu. Saat itu, rencananya ada 12 pasar digital yang akan dibangun di Jabar.
"Kita sedang dorong sejumlah kabupaten/kota membuat pasar digital," ujar Iwan, Minggu (17/2/2019).
Menurutnya, sejauh ini daerah yang sudah meluncurkan yaitu Pasar Cikundul Kota Sukabumi, Pasar Sirnarasa Kabupayen Ciamis, Pasar Maya Asih Kabupaten Kuningan, dan Pasar Tjengkir Gading Kabupaten Cirebon. Untuk pasar terakhir, akan diluncurkan ulang bersama Pasar Puri Bambu Bandung dan Pasar Gunung Padang Kabupaten Cianjur pada 2019 ini.
Iwan memastikan, meskipun mengusung nama pasar digital namun pihaknya tetap ingin menonjolkan ciri khas Jawa Barat. Baik itu dari nama pasar hingga barang yang diperjualbelikan di pasar tersebut. Namun, identitas kesundaan tersebut tidak selalu harus diwujudkan dalam atribut pakaian yang digunakan para pedagang.
"Pasar digital itu bukan seperti BEC (Bandung Eletronic Center) menjual handphone. Tapi, kawasan yang kita desain oleh masyarakat. Misalnya menjual seperti makanan tradisional, tapi kemasannya kekinian," paparnya.
Sedangkan, untuk para pedagang yang menjajakan dagangannya di setiap pasar digital tersebut harus kaum milenial. Saat berjualan, untuk perempuan itu mereka bisa memakai celana jins tapi atasannya pake kebaya.
Dia mengaku, dari beberapa pasar digital yang diluncurkan ada yang sudah sukses dan ada yang masih terseok-seok. Karena itu, pihaknya akan menggenjot proyek ini agar pemanfaatnya bisa optimal dirasakan masyarakat.
"Nah, yang masih terseok-seok itu biasanya begini, masih ada pro dan kontra. Itu biasa, dalam pariwisata itu banyak terjadi. Ketika di lapangan itu belum ada apa-apa, ketika sudah ada kunjungan kan ada uang maka di situ banyak orang saling klaim," paparnya.
Iwan sampaikan, pendekatan atraksi, aksesibilitas, dan amenitas (3A) menjadi konsep yang ditawarkan pada setiap pembangunan destinasi. Hal tersebut, diaplikasikan pula untuk pasar digital ini. Pihaknya berupaya membangun destinasi agar seiring dengan pembangunan di sektor ekonomi. Salah satu harapannya dapat menyerap lapangan pekerjaan setempat.
"Kalau hanya membangun destinasi tidak bisa membangun ekonomi. Maka, kita harus kapitalisasi dengan produk lain," pungkasnya.