Indonesia Butuh 14 Gigawatt Pembangkit Energi Baru Terbarukan

Jumlah sumbangan energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional saat ini tercatat baru mencapai 11,2 persen atau masih terpaut jauh dengan target yang harus dicapai sebesar 23 persen pada 2025.

Indonesia Butuh 14 Gigawatt Pembangkit Energi Baru Terbarukan
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa. (antara)

INILAH, Jakarta - Jumlah sumbangan energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional saat ini tercatat baru mencapai 11,2 persen atau masih terpaut jauh dengan target yang harus dicapai sebesar 23 persen pada 2025.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan Indonesia butuh setidaknya 14 gigawatt agar target 23 persen itu bisa tercapai dalam waktu empat tahun lagi.

"Hitungan kami untuk mencapai target 23 persen tersebut, maka diperlukan paling tidak 14 gigawatt pembangkit energi terbarukan, sehingga 23 persen tadi bisa tercapai di 2025," ujarnya dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Baca Juga : Wamentan: Kaum Milenial Jadilah Petani dengan Pemanfaatan Teknologi

Fabby mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki berbagai sumber daya energi hijau yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai target tersebut.

Menurutnya, dari semua teknologi yang tersedia di Indonesia hanya pembangkit listrik tenaga surya yang bisa dikembangkan secara cepat mulai dari skala kecil oleh sektor rumah tangga maupun skala besar yang dikembangkan oleh sektor industri dan bisnis.

"Oleh karena itu PLTS menjadi salah satu andalan dari pemerintah untuk bisa mencapai target itu," kata Fabby.

Baca Juga : Ini Daftar 10 Kepala Daerah Ditegur Mendagri Gegara Insentif Nakes

Dalam proses pengembangan PLTS, pemerintah memiliki tiga pendekatan, yaitu pengembangan PLTS skala besar dengan menargetkan pembangunan 4,68 gigawatt, PLTS terapung di 271 lokasi danau dan waduk sebesar 26,65 gigawatt, serta PLTS atap dengan target mencapai 3,61 gigawatt.

Halaman :


Editor : suroprapanca