Ironis, Bangunan Sekolah Rusak, Siswa SD Negeri Cibacang 2 Dihantui Rasa Khawatir 

Kondisi pendidikan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) hingga saat ini masih menyisakan sejumlah persoalan. Terutama, dalam hal sarana dan prasarana untuk menunjang kenyamanan belajar mengajar para siswa.

Ironis, Bangunan Sekolah Rusak, Siswa SD Negeri Cibacang 2 Dihantui Rasa Khawatir 
Kondisi pendidikan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) hingga saat ini masih menyisakan sejumlah persoalan. Terutama, dalam hal sarana dan prasarana untuk menunjang kenyamanan belajar mengajar para siswa./Agus Satia Negara
INILAHKORAN, Ngamprah - Kondisi pendidikan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) hingga saat ini masih menyisakan sejumlah persoalan. Terutama, dalam hal sarana dan prasarana untuk menunjang kenyamanan belajar mengajar para siswa.
Salah satunya seperti kondisi ruang kelas di SD Negeri Cibacang 2, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang memprihatinkan.
Akibat kondisi dinding kelas yang mengalami retak-retak, para siswa terpaksa belajar dengan dihantui rasa takut dan khawatir jika sewaktu-waktu dinding tersebut roboh atau ambruk.
"Ada tiga ruang kelas yang dindingnya retak, yaitu kelas IV, V dan kelas VI," ucap Kepala Sekolah SDN 2 Cibacang, Yati Roswayati kepada wartawan, Rabu 15 Februari 2023
Selain dinding retak, lanjut dia, sebagian lantai ruangan pun banyak terlepas lantaran adanya pergerakan tanah yang terjadi di belakang SD Negeri Cibacang 2.
"Di belakang sekolah ini ada tebing, dan tidak ditahan oleh tembok penahan tebing (TPT). Alhasil, bagian dinding sekolah mengalami keretakan,” paparnya.
Menurutnya, meski kondisi sejumlah ruang kelas di SD Negeri Cibacang 2 ini mengalami kerusakan. Namun, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) masih tetap berjalan normal.
"KBM tetap berjalan bagi 173 siswa. Tapi, kita kerap khawatir saat proses pembelajaran berjalan," tuturnya.
Berdasarkan pantauan, tak hanya dinding dan lantai yang mengalami kerusakan cukup parah, bagian atapnya pun terlihat banyak yang berlubang. Sehingga, KBM tidak berjalan secara efektif.
“Mau gimana lagi, inilah kondisi sekolah kami,” keluhnya.
Selain kondisi bangunan yang memprihatinkan, lanjut dia, sejumlah sarana dan prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar juga kerap dikeluhkan para siswa, seperti keterbatasan jumlah kursi.
"Karena jumlah kursi yang minim, satu bangku itu diisi tiga orang siswa. Bahkan, ada kursi yang hanya memiliki tiga kaki dan mereka menyiasati dengan menyenderkan ke dinding agar bisa diduduki," ujarnya.
Ia mengaku, pihaknya telah mengajukan perbaikan bangunan ruang kelas. Termasuk, pengadaan kursi ke Dinas Pendidikan (Disdik) pada 2022 lalu. Namun, belum ada tindaklanjutnya hingga saat ini.
"Tahun 2022 lalu kami sudah ajukan permohonan perbaikan bangunan kelas, kursi, termasuk kamar mandi tapi belum ada perhatian," pungkasnya.*** (agus satia negara)


Editor : JakaPermana