Kampanyekan 'Stop Bullying' di Lingkungan Sekolah, SMPN 1 Padalarang Berikan Edukasi Melalui Kegiatan Ini

Maraknya kasus perundungan atau bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah menjadi persoalan serius yang harus dientaskan pemerintah.

Kampanyekan 'Stop Bullying' di Lingkungan Sekolah, SMPN 1 Padalarang Berikan Edukasi Melalui Kegiatan Ini
Maraknya kasus perundungan atau bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah menjadi persoalan serius yang harus dientaskan pemerintah.
INILAHKORAN, Ngamprah - Maraknya kasus perundungan atau bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah menjadi persoalan serius yang harus dientaskan pemerintah.
Pasalnya, tindakan perundungan atau bullying yang menimpa anak-anak di lingkungan sekolah tidak hanya berdampak pada kondisi mental dan psikologisnya. Namun, bisa menjadi preseden buruk bagi pemerintah termasuk dunia pendidikan lantaran dinilai tidak mampu memberikan solusi bagi persoalan tersebut.
Berdasarkan data Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada tahun 2022 mencatat, secara keseluruhan ada 52 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan, 11 diantaranya korban kekerasan terhadap anak dan 2 kasus perundungan.
Menyikapi dampak dan bahaya bullying di lingkungan sekolah, SMP Negeri 1 Padalarang punya cara tersendiri untuk mengkampanyekan bahaya dan dampak dari tindakan perundungan tersebut, yakni melalui kampanye 'Stop Bullying ' yang dikemas dengan sejumlah kegiatan lomba yang diikuti seluruh siswa  kelas VII.
"Aksi nyata kampanye 'Stop Bullying ' kami isi dengan berbagai kegiatan, seperti lomba membuat poster, video TikTok, orasi dan sosio drama," ujar Kepala SMPN 1 Padalarang, Suhartono.
Menurutnya, kegiatan yang dikemas secara menarik ini merupakan rangkaian dari implementasi Profil Pelajar Pancasila yang saat ini sedang berlangsung di kelas VII.
"Setelah kegiatan ini diharapkan tidak terjadi lagi aksi bullying, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan yang lebih luas," tuturnya.
Sementara itu, koordinator kegiatan, Neneng Nurjanah menambahkan, pentas aksi ini merupakan final dari kegiatan Project 2 yang sebelumnya telah diawali dengan kegiatan talk show interaktif. 
"Kegiatan ini dapat dijadikan ajang untuk memperdalam materi bullying melalui media sosio drama, video tiktok, poster, dan orasi," sebutnya.
"Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat memfasilitasi gaya belajar siswa yang berbeda-beda," sambungnya.
Di tempat yang sama, peserta lomba orasi dari kelas VII A, Aira Kusuma Wardhani mengaku bangga lantaran bisa tampil di depan guru dan teman-temannya.
Ia pun berharap, kegiatan ini bisa menjadi media agar tidak ada lagi aksi bullying di sekolah.
“Kegiatan ini sangat seru dan bermanfaat dan mudah-mudahan tidak ada lagi aksi bullying di lingkungan sekolah manapun,” tutupnya.*** (agus satia negara)


Editor : JakaPermana