Meski Diancam, Ulama Harus Berani Menyampaikan Kebenaran

SAAT-SAAT seperti ini, kita mendambakan figur ulama seperti Al-Izz bin Abdusssalam, ulama yang menggabungkan ilmu dengan keberanian sampaikan kebenaran. Al-Izz adalah ulama Syam, lahir di Damaskus, ta

Meski Diancam, Ulama Harus Berani Menyampaikan Kebenaran
ilustrasi
SAAT-SAAT seperti ini, kita mendambakan figur ulama seperti Al-Izz bin Abdusssalam, ulama yang menggabungkan ilmu dengan keberanian sampaikan kebenaran. Al-Izz adalah ulama Syam, lahir di Damaskus, tahun 577 H. 
 
Ilmunya dalam, karangan dan muridnya banyak, ulama besar dalam mazhab Syafii. Julukannya yang terkenal adalah Sulthanul Ulama; pemimpin para ulama. Pada masanya banyak ulama, namun beliau sangat menonjol dibanding lainya
 
Salah satu sifatnya yang paling menonjol adalah keberaniannya nyatakan sikap di hadapan penguasa walaupun bertentangan dengan keinginan mereka! Di antara kisah yang disebutkan tentang ketegasan Al-Izz bin Abdussalam terhadap penguasa adalah, saat Saifuddin Qutuz menjadi raja pada masanya. Saat itu pasukan Tatar yang hendak menyerbu negeri-negeri Islam, sudah berada di perbatasan Mesir dan Syam. Maka Qutuz mengumpulkan para ulama.
 
Sang penguasa minta pendapat para ulama karena dia akan lakukan penggalangan dana dari masyarakat untuk biayai pasukan berperang lawan Tatar. Saat itu, tidak ada ulama yang berbicara karena wibawa raja. Namun Al-Izz dengan tegas dan berani menyatakan ketidaksetujuannya. Dia tegaskan, raja tidak boleh mengambil dana dari masyarkat, sebelum raja dan para pangeran serta para panglima mengeluarkan harta-harta mereka!
 
Sebelum mereka infakkan harta-harta mereka yang ada di istana-istana dan gudang-gudang harta mereka, sehingga keadaan mereka sama dengan rakyat pada umumnya. Ketika kondisi mereka sudah sama dengan masyarkat umum, baik dalam hal pakaian, makanan dan minuman, maka ketika itu, mereka boleh ambil dana dari masyarakat. Di lain waktu, ketika Shaleh Ayyubi berkuasa di Damaskus, dia hendak berkoalisi dengan pasukan salib untuk perangi saudaranya Najmudin Ayubi di Mesir.
 
Koalisi Shaleh Ayyubi dengan kaum salibis ini kompensasinya adalah kaum Salib mendapat dua kota di Damaskus dan berhak membeli senjata dari sana. Al-Izz langsung menentang keras rencana tersebut, dia langsung sampaikan di atas mimbar dengan mengatakan bahwa kedua kota tersebut bukan milik Shaleh. Dia juga mengharamkan kaum salib membeli senjata dari kaum muslimin, apalagi diketahui bahwa senjata itu untuk menyerang kaum muslimin.
 
Maka Shaleh memecatnya dari jabatan qadhi, melarangnya khotbah di mimbar-mimbar serta memenjarakannya. Karena situasi yang tidak nyaman di Damaskus, akhirnya Al-Izz pindah ke negeri Mesir. Begitulah figur Al-Izz bin Abdussalam, ulama Rabbani, tidak bersembunyi di balik ilmu dan alasan kesantunan untuk diam menghadapi kezaliman.
 
Alhamdulillah, dalam sepanjang sejarahnya selalu ada ulama yang berani sampaikan kebenaran walau berbagai tuduhan dan ancaman. Walaupun tetap ada juga ulama yang lebih memilih diam, bahkan ada juga yang langsung atau tidak justru menjadi stempel kezaliman. Allahul mustaan. [Ustadz Abdullah Haidir Lc.]


Editor : inilahkoran