Sikap Kami: Anomali Pemilih Presiden

ANDA mau mengikuti kontestasi demokrasi di Indonesia? Rasanya, ini yang harus Anda pegang: tak perlu terlalu serius dengan pemilih. Tak perlu menyusun taktik muluk-muluk menghadapi mereka.

Sikap Kami: Anomali Pemilih Presiden

ANDA mau mengikuti kontestasi demokrasi di Indonesia? Rasanya, ini yang harus Anda pegang: tak perlu terlalu serius dengan pemilih. Tak perlu menyusun taktik muluk-muluk menghadapi mereka.

Sebab apa? Pemilih kita memang tak menggunakan logika. Jadi, program-program muluk yang disusun, sepertinya jadi lembaran kertas tak berharga. Dia hanya akan bermakna untuk menyerang siapapun yang terpilih.

Tak percaya? Tengoklah hasil survei yang baru saja dirilis Center fot Strategic International Studies (CSIS). Begini hasilnya: Ganjar Pranowo (25,9%), Prabowo Subianto (19,8%), Anies Baswedan (18.1%), Ridwan Kamil (16.2%), dan Sandiaga Uno (4,9%). Cukup 5 besar dari 14 nama yang disodorkan.

Baca Juga : Sikap Kami: Pemimpin yang Tak Diinginkan

Apa dasarnya? Di sinilah logika sulit bermain. Terutama jika kita melihat tingkat popularitas dan kesukaan terhadap 14 nama itu. Terlihat adanya kontradiktif. Bukankah teorinya, orang yang dikenal, plus orang yang disuka, akan lebih banyak mendapatkan pilihan?

Jika landasannya begitu, maka seharusnya posisi teratas itu ditempati Ridwan Kamil. Iya, Gubernur Jawa Barat. Sederhana hitungan matematisnya. Dari 1.200 responden, 1.012 mengenalnya. Dari 1.012 yang kenal itu, 944 orang menyukainya. Artinya, 78,66% mengenal dan menyukai Ridwan Kamil.

Prabowo dikenal 1.162 responden, disukai 843 orang, atau 78,58% dari 1.200 orang. Anies Baswedam dikenal 1.092 responden, disukai 934 orang, atau 77,8% dari 1.200 responden.

Baca Juga : Sikap Kami: 404 : Not Found

Tapi, kenapa Ganjar Pranowo yang dipilih? Tengok data ini. Hanya 872 dari 1.200 responden yang mengenal Ganjar. Kecil bukan? Dari jumlah tersebut, hanya 784 orang yang menyukainya. Artinya, tingkat kesukaan dari orang yang mengenalnya adalah 65,3%. Posisi kelima. Bahkan di bawah Sandi Uno.

Halaman :


Editor : Zulfirman