Tangkis PMK, Legislator Jabar Dorong Pemprov Bangun Swasembada Daging

Guna menangkis penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak khususnya sapi, Sekretaris Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat Yunandar Rukhiadi Eka Perwira mendorong pemerintah provinsi (Pemprov) untuk membangun swasembada daging, dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

Tangkis PMK, Legislator Jabar Dorong Pemprov Bangun Swasembada Daging
Guna menangkis penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak khususnya sapi, Sekretaris Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat Yunandar Rukhiadi Eka Perwira mendorong pemerintah provinsi (Pemprov) untuk membangun swasembada daging, dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat./Humas Pemprov Jabar

INILAHKORAN, Bandung – Guna menangkis penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak khususnya sapi, Sekretaris Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat Yunandar Rukhiadi Eka Perwira mendorong pemerintah provinsi (Pemprov) untuk membangun swasembada daging, dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

Yunandar menjelaskan, kasus PMK yang terjadi di Jawa Barat berasal dari hewan potong berasal dari luar daerah dan masalah terebut sulit dihindari, lantaran 85 persen sumber daging didatangkan dari luar. Solusinya kata dia, selain akselerasi pencegahan yang saat ini dilakukan seperti vaksinasi dan pemeriksaan kelayakan ketika hewan ternak ketika masuk ke Jawa Barat, yakni upaya swasembada.

Berkolaborasi dengan pemerintah kota atau kabupaten, peternak dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dapat dilakukan Pemprov sebagai salah satu strategi dalam mengatasi persoalan tersebut. Sehingga masalah PMK dengan sendirinya dapat tereliminir, karena bila diproduksi sendiri tentunya pengawasan akan lebih ketat kata dia.

Baca Juga : Atlet Jawa Barat Dominasi Timnas Squash 2022

“Kita juga harus memikirkan swasembada daging, karena Jawa Barat pengimpor daging. Hampir 85 persen didatangkan dari luar Jawa Barat. Ini penting sekali, untuk daging sapi karena kita konsumennya terbesar seiring dengan jumlah penduduk kita yang terbanyak di Indonesia. Peningkatan produksi ini paling tepat dalam menghadapi masalah PMK ini, karena memang sejauh ini sumbernya dari luar,” ujarnya kepada INILAHKORAN, Rabu (9/11/2022).

“Ini seharusnya dapat dijadikan pelajaran, bahwa sudah saatnya kita mulai menggalakkan budidaya sapi secara lebih massif. Kalau secara perorangan, mungkin tidak akan banyak. Tetapi kalau BUMDes yang mengelola bersama kelompok tani dan didukung anggarannya dari pemerintah, baik pusat, provinsi, kota atau kabupaten, ini bisa berjalan. Ini sekaligus bisa menghidupkan BUMDes kita yang banyak mati, lebih dari 50 persen. Kalau difokuskan menjadi perternakan sapi ini, saya kira bisa jalan karena demand-nya tinggi,” imbuhnya.

Selain itu, dorongan subtitusi dari daging sapi ke ayam atau domba kata dia juga bisa untuk menjadi solusi. Mengingat produksi kedua hewan tersebut di Jawa Barat sudah cukup baik. Hanya saja diakuinya cukup sulit dilakukan, karena kecenderungan masyarakat lebih banyak memilih mengonsumsi daging sapi.

Baca Juga : Kebakaran Menimpa Balai Kota Bandung, Begini Respon Ridwan Kamil

“Bisa juga beralih ke konsumsi yang lain. Ayam potong, Jawa Barat produsen nomor satu. Domba juga paling banyak produknya. Tapi dari segi demand-nya lebih banyak daging sapi. Shifting ini kembali lagi kepada masyarakat. Paling tepat produksi sendiri, karena konsumennya jelas, jadi tidak sulit menjualnya. Tinggal bagaimana pemahaman, pengetahuan, keterampilan kepada calon peternak komunal ini yang harus dipikirkan pemerintah,” ucapnya.

Halaman :


Editor : JakaPermana