Bahagia itu Dekat dengan Allah

HIDUP di dunia ini pasti banyak masalah. Masalah itu adalah bagian dari karunia Allah Subhanahu Wa Taala, bukan bagian dari musibah. Masalah menjadi musibah jika kita salah menyikapinya.

Bahagia itu Dekat dengan Allah
ilustrasi

HIDUP di dunia ini pasti banyak masalah. Masalah itu adalah bagian dari karunia Allah Subhanahu Wa Taala, bukan bagian dari musibah. Masalah menjadi musibah jika kita salah menyikapinya.

Seperti ujian di sekolah, ujian tersebut adalah karunia, karena ujian menjadi kesempatan untuk bisa naik kelas. Justru murid yang tidak ujian bisa dianggap tidak sekolah. Dan, seseorang yang tidak lulus itu bukan disebabkan soal-soal dalam ujiannya, akan tetapi disebabkan dia salah menjawab soal-soalnya, dia salah menyikapi persoalannya.

Semoga Allah Subhanahu Wa Taala senantiasa memberikan kita kekuatan sehingga kita bisa bersungguh-sungguh dalam menghadapi setiap masalah hidup. Dan, semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa melimpahkan pertolongan kepada kita karena bahagia yang sesungguhnya adalah bukan pada saat kita bebas dari masalah, tapi jadi dekat dengan Allah Subhanahu Wa Taala walau banyak masalah.


Ikhlas Mencintai Karena Allah

LELAKI ini benar-benar lelaki, lelaki kelaminnya dan lelaki pula karakternya. Lelaki ini sungguh-sungguh lelaki ganteng, ganteng wajahnya dan ganteng hatinya. Lelaki ini mengawini seorang wanita yang wajahnya rusak karena tabrakan dan kakinyapun panjang sebelah karena kecelakaan itu. Bukan satu orang yang mempertanyakan bagaimana dia berteguh hati mengawini wanita itu, jangan-jangan ada alasan rahasia atau alasan mistis di balik pilihannya itu.

Setelah lama menyikapi setiap tanya dengan diam, akhirnya lelaki itupun menjawab pertanyaan hati banyak orang itu, terutama pertanyaan banyak wanita yang diam-diam menunggu takdir untuk menjadi pilihannya. Dia berkata: "Saya mencintainya sejak lama, jauh sebelum kecelakaan yang mengharuskan dirinya cacat wajah dan cacat kaki itu terjadi. Bagaimanakah mungkin saya meralat cinta hanya karena berubahnya bungkus sementara isinya adalah tetap dan bahkan semakin baik?"

Tak berhenti di situ, lelaki inipun melanjutkan kisah untuk meyakinkan mereka tentang definisi cinta sejati: "Banyak yang tidak tahu bahwa istri saya itu memiliki penyakit lain yang membutuhkan seseorang yang selalu siap bersamanya. Sejak kecelakaan itu dia sering tiba-tiba sesak nafas dan pingsan. Lalu, manusiawikah saya meninggalkannya di saat dia membutuhkanku? Lantas di manakah komponen-komponen cinta sejati itu berada?".

Sejak jawaban ini terlontar, cibiran berganti menjadi pujian, kegaduhan berubah menjadi kekaguman. Pasangan ini melalui setiap detik kehidupannya dengan semakin serius belajar makna cinta. Sampailah mereka pada kesimpulan bahwa cinta mereka adalah anugerah yang ditakdirkan Allah untuk mereka dan karenanya maka cinta itu harus dijaga dan dirawat dengan keyakinan, ketaatan dan pengabdian kepada Allah, Sang Sumber Cinta. Bagaimana dengan cinta kita?

Ini adalah salah satu materi kisah berhikmah yang ada dalam buku baru saya yang berjudul "Selamat Jalan Tangisan, Selamat Datang Senyuman." Tertarik pesan? Boleh juga. Salam AIM. (KH Abdullah Gymnastiar)


Editor : inilahkoran