Inilah Sebab Langkanya Minyakita di Pasaran, Kata Kadisperindag Jabar

Dalam dua pekan terakhir, masyarakat dikhawatirkan dengan langkanya minyak goreng kemasan bermerek Minyakita di pasaran.

Inilah Sebab Langkanya Minyakita di Pasaran, Kata Kadisperindag Jabar
Dalam dua pekan terakhir, masyarakat dikhawatirkan dengan langkanya minyak goreng kemasan bermerek Minyakita di pasaran.

INILAHKORAN, Bandung – Dalam dua pekan terakhir, masyarakat dikhawatirkan dengan langkanya minyak goreng kemasan bermerek Minyakita di pasaran.

Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Jawa Barat Iendra Sofyan membeberkan, kelangkaan Minyakita disebabkan tidak seimbangnya antara jumlah dengan tingginya permintaan, sehingga turut berdampak pada kenaikan harga terhadap produk tersebut.

Merespon hal ini, dia mengaku pemerintah pusat melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama Disperindag seluruh Indonesia telah melakukan rapat koordinasi, guna mengatasi persoalan tersebut. Iendra berharap, dalam dua pekan kedepan kelangkaan minyakita tidak terjadi lagi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Baca Juga : Peserta Petani Milenial Apresiasi Gerak Cepat Pemprov Jabar

“Tadi pagi kita ikut rapat koordinasi dari seluruh Indonesia, diikuti Kementerian Perdagangan. Jadi intinya, berkaitan dengan Domestic Market Obligation, dimana sekitar 20 persen dari nilai izin ekspor perusahaan harus ada untuk masyarakat. DMO ini ada dua jenis, minyak curah dan minyakita. Terkait minyak kemasan (minyakita) kenapa harga naik, pertama bahwa masyarakat memerlukan minyakita ini. Intinya kebutuhannya makin banyak dibanding dengan curah dan premium,” ujarnya, Jumat (3/2/2023).

“Oleh sebab itu, seminggu kedepan pemerintah pusat melalui Kemendag, Kemenperin mendorong para produsen minyak goreng untuk menambah kuotanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menambah produksinya,” sambungnya.

Sementara mengenai harga dan stok bahan kebutuhan pokok lainnya, Iendra mengaku sejauh ini relatif aman kendati ada beberapa yang mengalami kenaikan. Kendati demikian, kenaikan tersebut dinilainya tidak terlalu tinggi. Meski begitu, dia tetap meminta kepada para pelaku usaha agar tidak mempermainkan harga untuk meraup untung yang besar, demi menjaga daya beli masyarakat.

Baca Juga : Produk Fesyen Jabar Bakal Unjuk Gigi di New York Indonesia Fashion Week

“Menjelang HBKN (Hari Besar Keagamaan dan Nasional) biasanya demikian. Bahan pokok lain memang ada yang naik dan turun, tapi tidak terlalu ini (signifikan). Seperti cabe rawit yang awalnya Rp60 ribu, sekarang Rp45 ribu. Ayam agak sedikit naik, bawang putih stabil. Secara keseluruhan, bahan pokok kita terjaga dari segi ketersediaan,” ucapnya.

Halaman :


Editor : JakaPermana