Saudaraku, Sabarlah dalam Menghadapi Hasil

SAUDARAKU, kesabaran penting dimiliki saat menghadapi hasil usaha kita. Baik ketika hasil itu sesuai dengan upaya dan keinginan kita, atau pun ketika sebaliknya. 

Saudaraku, Sabarlah dalam Menghadapi Hasil
Ilustrasi
SAUDARAKU, kesabaran penting dimiliki saat menghadapi hasil usaha kita. Baik ketika hasil itu sesuai dengan upaya dan keinginan kita, atau pun ketika sebaliknya. 
 
Sebagai contoh, ketika seorang anak tidak lulus dalam ujian di sekolahnya, atau ketika dia tidak mendapatkan nilai yang memuaskan, janganlah lantas dia dimarahi atau diomeli. Karena jika itu yang terjadi, anak itu bagaikan jatuh dari tangga, tertimpa tangga, lalu tertimpa pohonnya pula. Anak yang sebenarnya sedang terpuruk secara mental itu justru malah semakin merasa tertekan karena kemarahan orang tuanya yang tidak sabar. Padahal yang ia butuhkan ketika itu adalah sokongan moril agar semangatnya bangkit kembali. 
 
Siapa tahu Allah SWTpunya rencana sendiri yang jauh lebih baik dan tidak disangka-sangka untuk anak tersebut. Tidak masuk ke perguruan tinggi negeri itu bukanlah sebuah bencana. Sungguh tidaklah adil jika kesuksesan anak diukur dari masuk atau tidaknya ke perguruan tinggi negeri. Surga tidaklah ditentukan di mana seseorang bersekolah. 
 
Jika ada yang berdalih bahwa sekolah yang bagus itu adalah yang berstatus negeri atau yang biayanya mahal, maka ketahuilah sesungguhnya sekolah yang paling bagus adalah rumah yang sekaligus berfungsi sebagai ‘madrasah’. Yaitu, rumah yang di dalamnya berlangsung juga kehidupan agamis, sehingga mendidik penghuninya menjadi insan yang senantiasa mendekat kepada Allah SWT. Di mana pun sekolahnya, apabila pulang ke rumah kemudian menjalani kehidupan di dalam rumah yang agamis di bawah bimbingan orangtuanya, maka rumah itulah sekolah yang bagus. 
 
Janganlah sedih, kecewa dan rendah diri ketika anak tidak bisa bersekolah di sekolah atau perguruan tinggi negeri. Janganlah pula kecewa dan rendah diri ketika anak tidak bisa sekolah di lembaga pendidikan yang mahal. Karena itu bukanlah bencana. Ada pun bencana adalah ketika anak tidak berakhlak baik, tidak tahu diri dan tidak tahu balas budi. Siapa tahu ternyata dengan tidak diterimanya anak itu di sekolah negeri atau di sekolah mahal, itu adalah jalan baginya untuk menjadi anak yang lebih mandiri dan kuat mental, yang mana hal itu kemudian mengantarnya menjadi pribadi sukses di masa depan. 
 
Ketika seseorang melamar pekerjaan. Surat-surat lamaran sudah ia layangkan ke puluhan perusahaan. Namun tak ada satu pun perusahaan yang menerima lamarannya. Janganlah berputus asa dalam situasi seperti ini. Sungguh, setiap langkahnya menuju tukang photo copy, setiap langkahnya menuju kantor pos, adalah dicatat sebagai kebaikan di sisi Allah. Begitu pun dengan setiap rupiah yang dia keluarkan untuk mengirimkan lamaran pekerjaan, akan diberi ganjaran kebaikan. Karena, pada hakikatnya ia telah membantu mata pencaharian orang lain. Saat lamaran pekerjaan ditolak, itu juga bukanlah bencana. Keputusasaan karena ditolak lamarannya, itulah yang dinamakan bencana.
 
Kesabaran juga mutlak perlu dimiliki oleh orang-orang yang bermaksud mencalonkan diri menjadi pemimpin. Baik itu sebagai pemimpin dalam ruang lingkup kecil maupun besar. Kesabaran yang dimaksud adalah sabar menempuh proses pemilihan secara jujur dan bersih. Menahan diri untuk tidak melakukan suap atau sogok, dan juga menahan diri untuk tidak disuap atau disogok. Juga sabar dalam menghadapi hasil pemilihan tersebut. Kesabarannya terwujud dalam sikap siap menang dan siap tidak menang, siap memimpin dan siap dipimpin. 
 
Tentang suap, di dalam satu riwayat, ‘Abdullah bin ‘Umar pernah berkata, “Rasulullah Saw melaknat orang yang menyuap dan yang menerima suap.” (HR. Abu Daud) 
 
Posisi, kedudukan, jabatan tinggi yang dikejar dan didapat, apabila itu diraih dengan sogok atau suap, maka sesungguhnya ia telah merendahkan harga dirinya sendiri. Jika ini dilakukan, maka jabatan tinggi yang diembannya itu sudah diawali dengan kebusukan, dan akan berlanjut dengan kebusukan pula. Ini sama sekali tidak akan mendatangkan keberkahan, apalagi mendatangkan keridaan Allah SWT. 
 
Mungkin ada sebagian orang yang bersikap pesimistis terhadap kejujuran dan kebersihan. Apalagi jika melihat fenomena di negeri ini, bahwa hal tersebut hampir selalu menjadi faktor penentu di dalam kemenangan seseorang dalam proses kompetisi mencapai jabatan sebagai pemimpin. Namun, yakinlah bahwa komitmen dan konsistensi untuk bersikap jujur dan bersih adalah sikap sejati para pemenang. 
 
Jika sikap jujur dan bersihnya itu ternyata berhasil mengantarkannya menjadi seorang pemimpin, maka itu adalah jalan terbaik untuknya menurut Allah SWT. Sedangkan apabila sikap jujur dan bersihnya itu ternyata tidak mengantarkannya menjadi seorang pemimpin, maka, itulah jalan terbaik menurut Allah untuknya. 
 
Allah berfirman, “Dan boleh jadi kamu menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyenangi sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216)
 
Pengetahuan kita tentang kehidupan ini sangatlah minim. Sedangkan pengetahuan Allah sangat luas, tiada pernah bisa terukur. Pada hakikatnya, apa pun hasil yang kita dapatkan, menyenangkan ataupun tidak, sesuai harapan atau pun tidak, semua itu adalah ujian dari Allah. Karena di dalam hidupnya, seseorang akan diuji dengan dua hal yaitu kesenangan dan ketidaksenangan.
 
Allah SWT berfirman,“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. al-Baqarah [2]: 214)
 
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap orang yang beriman pasti akan diberikan ujian. Karena, surga tidak akan diraih begitu saja, melainkan setelah seseorang melalui dengan baik ujian dari Sang Pemilik surga dan neraka. 
 
Ayat tersebut juga mengajarkan kepada kita bagaimana sikap yang semestinya saat kita menghadapi hasil atau kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Allah SWT menjanjikan pertolongan kepada kita, saat kita menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Syaratnya adalah bersabar. Yaitu, dengan tetap yakin kepada Allah, tidak berpaling sedikit pun dari-Nya dan tidak menjauh dari-Nya. Semakin muncul rasa kecewa dan sedih di dalam hati, maka semakin kuatlah kita berpegang kepada-Nya. Yakinlah bahwa Dia memiliki rencana yang lebih baik untuk kita. 
 
Sedangkan jika yang kita hadapi adalah hasil atau kenyataan yang menggembirakan, sesuai harapan, bahkan lebih baik dari keinginan kita, maka tetap bersabarlah. Bagaimana cara bersabar dalam situasi seperti ini? Berterima kasihlah, bersyukurlah, kembalikan kegembiraan dan kebahagiaan itu kepada Allah. Karena Dia-lah yang menghendaki kegembiraan dan kebahagiaan itu hadir kepada kita. Jika kita bersikap demikian, niscaya Allah memberi tambahan kebahagiaan itu kepada kita.
 
Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.’” (QS. Ibrahim [14]: 7)
 


Editor : inilahkoran