Gus Mus Harapkan Umat Berpikir Jernih Sikapi Afghanistan

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, DR (HC) KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus berpesan kepada seluruh umat untuk senantiasa bijaksana dan jernih dalam memandang persoalan terkait Afghanistan.

Gus Mus Harapkan Umat Berpikir Jernih Sikapi Afghanistan
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, DR (HC) KH Ahmad Mustofa Bisri. (antara)

INILAH, Jakarta - Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, DR (HC) KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus berpesan kepada seluruh umat untuk senantiasa bijaksana dan jernih dalam memandang persoalan terkait Afghanistan.

“Kalau saya berpesan kepada siapa pun itu yang merasa ingin berjuang untuk agama, terutama yang beragama Islam, misalnya jika ingin berkhutbah, maka ngaji dan belajar-lah lagi supaya jangan gampang ikut-ikutan terpengaruh dengan apa yang terjadi di sana (Afghanistan),” ujar KH Ahmad Mustofa Bisri di Rembang, Kamis, dalam keterangan tertulis yang diterima.

Gus Mus mengajak agar semua pihak bisa melihat masalah itu secara jernih. Persoalan di Afghanistan harus dilihat dengan dari banyak sudut agar bisa memahami persoalan politik di sana. Jangan sampai peristiwa yang terjadi di sana, justru mengakibatkan efek perpecahan bagi Indonesia.

Baca Juga : Kemendikbudristek Luncurkan Sistem Pengadaan SIPLah

“Jadi kita mestinya mendahulukan persoalan kita sendiri di sini. Lha persoalan yang tejadi di kita itu karena itu tadi, kita itu malas untuk terus belajar,” ucap Gus Mus.

Menurut dia, tidaklah bijaksana jika seseorang menelan mentah-mentah informasi dan narasi hanya dari satu sumber saja, tetapi harus paham betul bagaimana persoalan dan konflik yang terjadi di Afganistan.

Ia meyakini kalau seseorang bersikap gegabah tersebut tentunya tidak akan membawa manfaat apa-apa selain konflik dan perpecahan terhadap bangsa.

Baca Juga : Peneliti Bappelitbangda: Kolaborasi Tingkatkan Kualitas Penelitian

“Masyarakat kita ini sudah berkali-kali ‘kecele’ (tidak mendapatkan apa yang diharapkan). Ini karena apa? Ya karena mereka ini tidak memakai landasan ilmu. Semuanya itu dalam memahami suatu masalah tentu sangat membutuhkan ilmu. Kalau tanpa ilmu, kita akhirnya ikut-ikutan,” ujarnya.

Halaman :


Editor : suroprapanca