Mentimun Bungkuk BUMN

RASA-RASANYA, salah seorang menteri yang paling pusing di kabinet Joko Widodo-Maruf Amin adalah Erik Thohir. Dia adalah pengendali gula yang selalu dirubungi semut-semut. Ketika di awal menjadi Menteri BUMN, dia bertekad akan membebaskan BUMN dari intrik politik. Tapi, rupanya, setelah jalan, dia tak takut juga. Penempatan-penempatan pengurus BUMN, terutama di jajaran komisaris, kini tak semata-mata lagi berlandaskan profesionalitas.

Mentimun Bungkuk BUMN

RASA-RASANYA, salah seorang menteri yang paling pusing di kabinet Joko Widodo-Maruf Amin adalah Erik Thohir. Dia adalah pengendali gula yang selalu dirubungi semut-semut.

Ketika di awal menjadi Menteri BUMN, dia bertekad akan membebaskan BUMN dari intrik politik. Tapi, rupanya, setelah jalan, dia tak takut juga. Penempatan-penempatan pengurus BUMN, terutama di jajaran komisaris, kini tak semata-mata lagi berlandaskan profesionalitas.

Sekarang, begitu banyak orang-orang yang berjasa saat kemenangan Jokowi-Maruf duduk senang di BUMN. Tak sedikit relawan yang akhirnya ditunjuk negara menjadi komisaris di badan usaha pelat merah itu.

Baca Juga : Lupakan HRS, Fokus Papua

Ada yang aneh? Sebenarnya tidak terlalu juga. Di era presiden sebelumnya, ada juga orang-orang di sekitar Susilo Bambang Yudhoyono jadi komisaris. Hanya, rasa-rasanya, dibanding era SBY, kali ini jumlahnya jauh lebih banyak. Dan, hanya sedikit yang kompetensinya meyakinkan.

Tetapi, rupanya, selain ada yang inkopetensi, tak satu-dua pula di antara komisaris ini yang betul-betul menaikkan kelasnya sebagai pejabat perusahaan pelat merah. Atau, jangan-jangan belum siap jadi pejabat BUMN. Maka, sikap-sikap partisan yang ekstrem masih terbawa-bawa.

Kemarin, misalnya, dunia maya heboh karena ucapan tak elok komisaris BUMN atas peristiwa positif Covid-19 Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Sang komisaris rupanya belum bisa membedakan posisinya sebagai pejabat BUMN dan influenser yang dia lakoni selama ini. Maka, cuitannya yang jauh dari adab, menjadi sasaran cacian warga.

Baca Juga : Stop Tragedi Jekulo

Tentu saja, dengan sikap partisan ekstrem seperti itu, sulit bagi kita membayangkan perannya akan ada dalam kemajuan BUMN. Sebab, otak dan pikirannya hampir pasti sudah punya platform: menyukai A secara personal, dan membenci B juga secara personel.

Halaman :


Editor : Ghiok Riswoto