PT MUJ Bakal Garap Jargas Bandung Raya

Optimalisasi penggunaan energi bersih, pemanfaatan gas menjadi fokus utama PT Migas Hulu Jabar (MUJ), melalui proyek jaringan gas (Jargas) paska mendapat persetujuan dari Perusahaan Gas Nasional (PGN), anak perusahaan PT Pertamina terkait pengelolaan dan distribusi gas di daerah.

PT MUJ Bakal Garap Jargas Bandung Raya
Sekretaris PT MUJ Muhamad Sani/istimewa

INILAHKORAN, Bandung – Optimalisasi penggunaan energi bersih, pemanfaatan gas menjadi fokus utama PT Migas Hulu Jabar (MUJ), melalui proyek jaringan gas (Jargas) paska mendapat persetujuan dari Perusahaan Gas Nasional (PGN), anak perusahaan PT Pertamina terkait pengelolaan dan distribusi gas di daerah.

Sekretaris PT MUJ Muhamad Sani mengatakan, rencananya proyek tersebut akan segera dijalankan pada 2023 dan akan dibangun di Bandung Raya, dimulai dari Kabupaten Bandung Barat (KBB). Diharapkan, dengan adanya proyek tersebut dapat mengatasi kelangkaan suplai gas di tengah masyarakat.

“Ini menjadi salah satu fokus kita, pemanfaatan gas untuk pelayanan kepada masyarakat, komersil ke hotel, restoran maupun industri lewat Jargas. Tahun depan Bandung Raya kita mulai di KBB. Tepatnya di Kota Baru Parahyangan dan nanti baru merambah ke yang lain. Itu kita siapkan dan yang lain kita lihat mana sudah siap, kita eksekusi,” ujar Sani kepada INILAHKORAN baru-baru ini.

Baca Juga : Uu Ruzhanul: Pencak Silat Topang Indonesia Emas 2045

“Sebab memang seharusnya gas ini pakai pipa lewat jalur gas. Beberapa daerah di Jabar sudah begitu seperti Bogor, Depok, Bekasi, Subang, Karawang, Indramayu dan Cirebon. Berhubung Bandung Raya belum, kita akan coba. Ini sebagai transisi kita untuk penggunaan energi bersih. Sekaligus juga mengatasi sering terjadinya kelangkaan gas saat ini,” lanjutnya.

Selain kelangkaan kata dia, biaya Jargas lebih ekonomis bagi masyarakat ketimbang penggunaan tabung seperti sekarang. Sebab biaya operasional dari sistem distribusi tabung dapat terpangkas, sehingga dapat memberikan harga lebih murah bahkan diperkirakan hanya setengah harga dari pengeluaran akan biaya gas tiap bulan.

“Dari sisi biaya, harga lebih murah. Misal rumah tangga pakai tabung gas 3 kg, ternyata kebutuhan sebulan empat tabung. Kalau pertabung harga belinya Rp20 ribu, maka sebulan biaya yang dikeluarkan sekitar Rp80 ribu. Nah kalau Jargas ini, setelah kita kaji paling Rp40 ribu. Paling mahal Rp60 ribu. Sebab harga aslinya dari sumber gas itu gak sampai 20 persen dari harga eceran. Lalu bisa dipakai kapanpun,” ucapnya.

Baca Juga : Atalia Lantik Ketua Mabicap Kota Bandung Pergantian Antarwaktu Masa Bakti 2019-2024

“Kenapa bisa demikian, karena pertama memang harga gas murah dan sumber gas kita banyak. Kenapa harga gas sekarang mahal, karena biaya operasional distribusinya. Belum lagi bahan baku tabung, 85 persen itu impor. Belum lagi gangguan pada transportasi yang akhirnya jadi langka. Padahal energi itu tidak boleh langka, harus selalu ada. Mengenai mekanismenya, kurang lebih seperti meteran listrik. Biaya bulanan dan itu sudah ada studinya,” sambungnya.

Halaman :


Editor : JakaPermana