Sikap Kami: Menantang Wahyu

DUNIA pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja. Tragedi-tragedi pelajar yang berujung melayangnya nyawa, adalah pelajaran yang wajib direnungkan secara mendalam.

Sikap Kami: Menantang Wahyu
Kapolresta Bogor Kota, Kombes Bismo Teguh Prakoso merilis penangkapan dua tersangka pelaku pembacokan yang menewaskan pelajar SMK Bina Bangsa, Arya Saputra.

DUNIA pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja. Tragedi-tragedi pelajar yang berujung melayangnya nyawa, adalah pelajaran yang wajib direnungkan secara mendalam.

Di Kota Bogor, misalnya, seorang pelajar SMK Bina Warga, Arya Saputra, meregang nyawa. Gerombolan tiga pelajar menghajarnya dengan senjata tajam gobang. Sebelum sampai di rumah sakit, nyawanya tak terselamatkan.

Sebelumnya, di Kabupaten Bogor, seorang pelajar SMP mengalami nasib serupa. Dia meninggal dunia, dikeroyok pelajar lainnya, hanya gara-gara bertaruh dalam pertandingan futsal sekolahan.

Buat kita, ini tragedi. Nyawa generasi bangsa hilang hanya karena persoalan-persoalan sepele. Dulu, hal semacam ini bukan tak pernah terjadi. Tapi, dalam intensitas yang tak semengerikan sekarang.

Apa sebab? Kita meyakini, salah satunya adalah persoalan moralitas. Pendidikan sekarang, rata-rata, sangat-amat menonjolkan hal-hal terkait teknis keilmuan ketimbang kemoralan. Akibatnya, hal-hal yang menyangkut budi pekerti, motalitas, keguyuban, menjadi sesuatu yang sukar dicari.

Tentu saja, hal ini tak hanya terjadi di Jawa Barat. Peristiwa-peristiwa yang menyesakkan dada ini juga terjadi di mana-mana. Persoalannya sama. Karena pendidikan lebih mendewakan keilmuan, hanya memberikan seujung kuku untuk pembinaan moral.

Tak percaya? Datang saja ke sekolahan. Rasanya tak ada lagi siswa yang menonjol karena budi pekerti yang baik. Yang menonjol adalah yang berprestasi akademik, yang ganteng-cantik, atau bahkan yang paling berandal sekalian.

Halaman :


Editor : Zulfirman