Lupakan HRS, Urus Covid-19

NEGERI ini sebenarnya banyak –bahkan terlalu banyak—urusan. Tapi, kesan yang muncul hanya satu: urusan Habib Rizieq Shihab. Baru kaget begitu pertambahan pasien positif Covid-19 terus memecahkan rekor dan rekor.

Lupakan HRS, Urus Covid-19

NEGERI ini sebenarnya banyak –bahkan terlalu banyak—urusan. Tapi, kesan yang muncul hanya satu: urusan Habib Rizieq Shihab. Baru kaget begitu pertambahan pasien positif Covid-19 terus memecahkan rekor dan rekor.

Tak kurang dari Presiden Joko Widodo yang menunjukkan wajah kecewa ketika menungkapkan makin buruknya angka-angka Covid-19 yang terus menanjak. Angka pasien aktif, misalnya, naik dari 12,78% menjadi 13,41%.

Yang jadi sorotan bukan hanya DKI Jakarta, tetapi juga Jawa Barat dan Jawa Tengah. Terlebih Jawa Tengah, provinsi yang sebelumnya merasa “adem ayem”, kini malah menjadi salah satu penyumbang tertinggi pasien aktif.

Baca Juga : Lupakan HRS, Fokus Papua

Kenapa bisa sampai begitu? Karena kita terlalu serius mengurus politik sejak kepulangan Habib Rizieq Shihab. Apapun disoal jika menyangkut HRS dan organisasinya, Front Pembela Islam.

Tiba-tiba kita menjadi peduli pada reklame-reklame tak berizin hanya karena ada baliho HRS. Padahal, betapa banyak baliho, spanduk, dan reklame-reklame tanpa izin bertebaran di banyak kota. Kalau tak percaya, periksa saja di seantero Kota Bandung, umpamanya, barang-barang ilegal itu bertebaran di mana-mana.

Dalam penanganan Covid-19 pun, energi kita terlalu banyak terkuras untuk HRS. Semua konsentrasi ke sana. Seolah-olah persoalan satu-satunya di negeri ini hanya HRS. Padahal, banyak juga kerumunan lain yang potensial memacu peningkatan persebaran virus, tapi kita relatif cuek.

Baca Juga : Mentimun Bungkuk BUMN

Tengok saja ajang pilkada. Jangan alihkan ke Bawaslu karena soal protokol kesehatan adalah urusan utama satgas, dalam kondisi dan keadaan apapun! Aksi demo di banyak tempat menolak HRS, apakah tidak potensial menyebar virus? Tapi, sekali lagi, yang begini seolah-olah kita picingkan mata, kita pekakkan telinga.

Halaman :


Editor : Ghiok Riswoto