Sikap Kami: Agar Kolecer Tokcer

KOLECER itu menarik. Tapi, manfaatnya akan terasa lebih maksimal jika digarap dengan lebih serius. Melibatkan pemerintah, dari puncak Gedung Sate hingga ke ujung desa dan perkampungan.

Tidak hanya menarik, sejatinya juga amat bermanfaat. Salah satu kelemahan bangsa ini, juga Jawa Barat, adalah tingkat literasinya yang rendah. Di dunia, tingkat literasi berada di peringkat ke-62 dari 70 negara di dunia (2019). Di Indonesia, Jawa Barat berada di peringkat ke-10 (2019). Indeks alibaca Jabar hanya 39,47. Kalah jauh dari DKI Jakarta yang 58,16.

Kita tidak memegang data teranyar. Tapi, data keluaran Kemendikbud 2019 itu, kira-kira tak lama setelah Pemprov Jawa Barat menggulirkan program Kotak Literasi Cerdas (Kolecer). Tapi, kemungkinan juga tidak bergeser sangat signifikan. 

Baca Juga : Sikap Kami: Berpesta di Kemiskinan

Maka, kita tidak perlu mencari apa ada yang keliru dari Kolecer. Yang perlu dicari adalah bagaimana agar program ini bisa berjalan lebih maksimal.

Tingkat pengetahuan seseorang dari bahan bacaan memang harus ditingkatkan. Tetapi, itu tidak mudah. Tantangannya berat, terutama di zaman teknologi informasi yang sebagian kita salah menyiasatinya, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Teknologi informasi, salah satu wadahnya media sosial, hanya dimanfaatkan untuk bersenang-senang atau saling sumpah serapah di tengah keterbelahan warga.

Pemprov Jabar pun menyiasati kemajuan teknologi itu di bidang literasi dengan menghadirkan perpustakaan digital. Namanya Maca Dina Digital Library (Candil).

Baca Juga : Sikap Kami: Tercedera Ulah Oknum

Sejatinya, Pemprov Jabar sudah menyediakan ruang untuk meningkatkan literasi. Maka, sekali lagi, yang perlu dilakukan adalah memaksimalkan jalur itu. Salah satunya bukan saja menyediakan bahan bacaan yang baik, tapi juga berguna, menarik, dan dibutuhkan warga.