Sikap Kami: Menanti Srikandi Baru

DALAM konstalasi olahraga Indonesia, jangan abaikan pean atlet-atlet wanita. Mereka, pada berbagai sisi, justru cukup maju dibanding atlet pria. Kesetaraan prestasi itu justru ada di kelompok wanita.

Sikap Kami: Menanti Srikandi Baru

DALAM konstalasi olahraga Indonesia, jangan abaikan pean atlet-atlet wanita. Mereka, pada berbagai sisi, justru cukup maju dibanding atlet pria. Kesetaraan prestasi itu justru ada di kelompok wanita.

Atlet Indonesia pertama yang meraih medali di Olimpiade memang Rudy Hartono, Christian Hadinata, Ade Chandra, Utami Dewi, dan Icuk Sugiarto. Tapi, mereka meraihnya dalam tanding eksebisi bulu tangkis, di Munchen (1972) dan Seoul (1988). Jadi, medali mereka tak masuk hitungan.

Medali pertama Indonesia di Olimpiade justru disumbang atlet wanita. Bukan bulu tangkis, melainkan panahan. Trio Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani yang merebutnya.

Baca Juga : Sikap Kami: Sakitnya Mang Oded

Mereka mendapatkan medali perak nomor beregu putri, hanya kalah dari tuan rumah Korea Selatan kala itu. Sejak itu, Indonesia selalu mampu menjaga tradisi medali di Olimpiade.

Pun, siapa pemain bulutangkis Indonesia yang paling lama dianggap sebagai pemain terbaik dunia setelah Rudy Hartono kalau bukan Susi Susanti? Siapa pula petenis terbaik Indonesia yang melanglang buana di ajang WTA? Yayuk Basuki, yang sampai menembus peringkat 30-an dunia.

Kini, hanya atlet wanita pula yang berpeluang menyelamatkan muka Indonesia di ajang Olimpiade Tokyo. Dialah pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Mereka bakal tampil di final, hari ini, berhadapan dengan ganda China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.

Baca Juga : Sikap Kami: Bonus Khusus Cantika

Keduanya jadi harapan tersisa setelah harapan di dua nomor lainnya, tunggal dan ganda putra, serta ganda campuran kandas. Padahal, tiga nomor itulah yang selama ini menyumbang emas, kecuali Susi Susanti di Olimpiade Barcelona.

Halaman :


Editor : Zulfirman