Sulit, Polisi Tak Menyerah Buru Pembunuh Noven

Kapolresta Bogor Kota Kombes pol Hendri Fiuser mengaku pengungkapan kasus penusukan siswi SMK Baranangsiang Andriana Yubelia Noven Cahya (18) begitu sulit. 

Sulit, Polisi Tak Menyerah Buru Pembunuh Noven
Lokasi tempat penusukan Adriana Yubelia Noven Cahya
INILAH, Bogor - Kapolresta Bogor Kota Kombes pol Hendri Fiuser mengaku pengungkapan kasus penusukan siswi SMK Baranangsiang Andriana Yubelia Noven Cahya (18) begitu sulit. 
 
Akan tetapi Polisi tetap bekerja siang malam selama 24 jam untuk mengungkapkan identitas pelaku penusukan yang mengakibatkan Noven tewas. Jejak digital
Noven juga terus disusuri Polisi guna menemukan petunjuk yang mengarah kepada pelaku.
 
"Kelanjutan kasus Penusukan siswi SMK Baranangsiang Andriana Yubelia Noven, yang jelas pengungkapannya sulit," ungkap Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Hendri Fiuser kepada INILAH pada Sabtu (19/01).
 
Hendri melanjutkan, sidik jari dari pelaku dari sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP) belum didapat tim INAFIS, tetapi penyelidikan masih berjalan. Proses penyelidikan oleh anggota tim gabungan masih bekerja sampai siang malam selama 24 jam.
 
"Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota selalu memberikan laporan proses penyelidikan. Ini juga ada WhatsApp nya ke saya," tambahnya.
Hendri menuturkan, jumlah siswa hingga laporan terakhir anggota kepada dirinya ada 22 orang saksi, kebanyakan saksi dari ring luar karena tidak ada saksi di TKP. 
 
Jadi polisi mengembangkan saksi ini tidak seperti di KUHP siapa yaitu yang melihat, mendengar, mengalami dan menyaksikan langsung.
 
"Akhirnya kami mengambil saksi dari teman korban, gurunya dan orang terdekat agar didapat apa kebiasaan korban. Saksi disekitar TKP, pernah liat orang didekat TKP, ciri-ciri seperti apa wajahnya sama atau tidak kami dalami. ternyata banyak yang tidak sama," bebernya.
 
Hendri menjelaskan, untuk rekaman CCTV resolusi gambarnya tidak besar karena diambil dari jarak jauh, sehingga tidak terlalu jelas. Karena itu pihaknya kesulitan mendeteksi wajah dari pelaku.
 
"Kami tidak bisa mendeteksi wajah dengan jelas, kami berusaha mencari jejak digital dan masih dalam proses. Nah untuk S diduga pelaku beberapa waktu lalu, itu yang menggemborkan adalah dari wartawan sendiri, diluar S padahal banyak saksi yang kami priksa kami," tuturnya.
 
Hendri juga mengatakan, terkandang media sosial juga kalau ada foto, dipersepsikan sebagai pelaku. Tetapi pihaknya tetap tindak lanjuti itu, setelah didalami terbukti bukan pelaku.
 
"Belum ada yang mengerucut, kalau sudah mengerucut enak. Kami masih berusaha menggambarkan wajah, belum ada yang mengetahui wajah pelaku seperti apa sebenarnya," pungkasnya.


Editor : inilahkoran