Dongkrak Produktivitas Susu, FFI-KPSBU Gandeng Belanda

Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) dan Frisian Flag Indonesia (FFI) berinvestasi untuk mendirikan kawasan peternakan modern.

 Dongkrak Produktivitas Susu, FFI-KPSBU Gandeng Belanda
INILAH, Bandung - Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) dan Frisian Flag Indonesia (FFI) berinvestasi untuk mendirikan kawasan peternakan modern. Dari total investasi sebesar Rp16 miliar, KPSBU dan FFI menanamkan modal sebesar 60%. Sisanya, pemerintah Kerajaan Belanda berkontribusi sebesar 40%.
 
DDP Manager dan FDOV Project FFI Akhmad Sawaldi mengatakan, peternakan sapi perah modern dan berkelanjutan itu pertama kali dibangun di Tanah Air. Selain kandang sapi, di atas lahan seluas 1 ha milik PTPN VIII itu dibangun fasilitas penunjang lainnya. Seperti rumah perah, cooling tank, kendaraan angkut, dan sarana pengolahan limbah berupa enam bunker.
 
Menurutnya, dengan pembangunan dairy village di Ciater itu akan meningkatkan produktivitas susu yang dihasilkan. Biasanya, dengan metode tradisional para peternak hanya mampu menghasilkan susu sebanyak 12,5 liter/ekor/sapi. Harapannya, dengan peternakan modern ini jumlah susu yang dihasilkan bisa mencapai 20 liter/ekor/sapi.
 
"Adanya dairy village ini targetnya ke depan peternak bisa memiliki 8 ekor sapi/orang. Produktivitas susu bisa meningkat 60%. Selain volume yang meningkat, diharapkan kualitas susu pun bisa meningkat. Sebelumnya, jumlah bakteri di dalam susu (total plate count/TPC) yang dihasilkan peternak mencapai 5-7 juta colony forming unit (CFU) per mililiter. Angka itu menunjukkan susu kualitas rendah. Dengan peternakan modern ini TPC itu bisa ditekan hingga 0,3 juta CFU/ml. Artinya, angka TPC bisa ditekan hingga di atas 90%," kata Akhmad saat ditemui di lokasi, Selasa (11/12/2018).
 
Presiden Direktur FFI Maurits Klavert menyebutkan, dairy village ini dibangun sebagai proyek percontohan peternakan sapi modern. Desa perah ini juga merupakan bentuk peningkatan kemitraan strategis yang berlangsung selama lebih dari 20 tahun.
 
"Intinya, dairy village ini dibangun sebagai bentuk pemberdayaan peternak secara berkelanjutan dengan tujuan meningkatkan kapasitas dan kemampuan mereka. Melalui konsep ini mereka diharapkan bisa menghasilkan susu dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi," sebutnya.
 
Sementara itu, Ketua KPSBU Dedi Setiadi menyambut baik inisiatif berkelanjutan itu. Menurutnya, kawasan peternakan modern itu dibangun dengan sewa lahan PTPN VIII dengan jangka waktu lima tahun. Terkait produktivitas susu, KPSBU bisa menghasilkan 150 ton/hari. Di tingkat peternak, dengan metode tradisional mereka hanya mampu menghasilkan susu sebanyak 12,5 liter/ekor/sapi. Dengan peternakan modern ini, diharapkan jumlah susu yang dihasilkan bisa mencapai 20 liter/ekor/sapi.
 
"Adanya dairy village ini bisa menjadi salah satu solusi untuk keterbatasan lahan dan kepemilikan sapi yang minim. Sekarang, kepemilikan sapi para anggota hanya 3-4 ekor per peternak. Nantinya, dengan konsep ini bisa meningkatkan kepemilikan itu hingga 8 ekor per peternak," ujar Dedi seraya menyebutkan konsep itu pun diharapkan bisa mendongrak harga susu di tingkat petani yang saat ini hanya Rp5.000-5.650/liter.


Editor : inilahkoran