Malam Takbiran yang Jauh dari Sunah Rasulullah

KAMI menyaksikan sepanjang jalan para pemuda bercampur pemudi melantukan takbiran. Namun ada musibah yang terjadi, lafazh takbiran tersebut malah diiringi dengan suara drum band. Takbiran saat ini memang bertambah aneh. Kalau mau dibilang amat jauh dari sunnah Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Karena takbiran yang mengagungkan Rabb mereka malah dicampur dengan maksiat.

Malam Takbiran yang Jauh dari Sunah Rasulullah
Ilustrasi/Net

KAMI menyaksikan sepanjang jalan para pemuda bercampur pemudi melantukan takbiran. Namun ada musibah yang terjadi, lafazh takbiran tersebut malah diiringi dengan suara drum band. Takbiran saat ini memang bertambah aneh. Kalau mau dibilang amat jauh dari sunnah Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Karena takbiran yang mengagungkan Rabb mereka malah dicampur dengan maksiat.

Allah Taala berfirman,

"Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakwa pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al Baqarah: 185). Kata Syaikh As Sadi rahimahullah, "Ketika bulan itu sempurna, hendaklah bersyukur pada Allah Taala karena taufik dan kemudahan bagi hamba-Nya. Syukur tersebut diwujudkan dalam bentuk takbir ketika Ramadhan itu selesai. Takbir tersebut dimulai ketika melihat hilal Syawal hingga berakhirnya khutbah ied." (Taisir Al Karimir Rahman, 87)

Baca Juga : Untaian Perkataan Mutiara Sang Tabiin

Yang dimaksud dengan takbir di sini adalah bacaan "Allahu Akbar". Mayoritas ulama mengatakan bahwa ayat ini adalah dorongan untuk bertakbir di akhir Ramadhan. Sedangkan kapan waktu takbir tersebut, para ulama berbeda pendapat. Ada enam pendapat dalam hal ini: (1) takbir tersebut adalah ketika malam idul fithri, (2) takbir tersebut adalah ketika melihat hilal Syawal hingga berakhirnya khutbah Idul Fithri, (3) takbir tersebut dimulai ketika imam keluar untuk melaksanakan shalat ied, (4) takbir pada hari Idul Fithri, (5) yang merupakan pendapat Imam Malik dan Imam Asy Syafii, takbir ketika keluar dari rumah menuju tanah lapang hingga imam keluar untuk shalat ied, (6) yang merupakan pendapat Imam Abu Hanifah, takbir tersebut adalah ketika Idul Adha dan ketika Idul Fithri tidak perlu bertakbir (Lihat Fathul Qodir, 1/239).

Dalam suatu riwayat disebutkan,

"Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari raya Idul Fithri, lantas beliau bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir." (Dikeluarkan dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 171. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih). Dari riwayat ini, yang sesuai sunnah sebagaimana pula menjadi pendapat Imam Asy Syafii bahwa takbir Idul Fithri mulai dikumandangkan dari rumah menuju tanah lapang hingga imam keluar untuk shalat ied.

Baca Juga : Kisah Tabiin Iyas yang Masih Remaja

Jika kita melihat agungnya mengagungkan nama Allah, satu problema yang sangat disayangkan adalah pengagunggan terhadap Allah dicampur dengan maksiat. Itulah yang kami saksikan dengan mata kepala kami sendiri. Padahal sudah teramat jelas bahwa musik dan alat musik termasuk hal yang terlaknat karena masuk dalam kategori haram. Lihatlah dalam ayat Quran lalu kita menilik dalam kitab tafsir.

Halaman :


Editor : Bsafaat