Romantis, Said bin Musayyab Menikahkan Putrinya

PERNIKAHANNYA menjadi suatu kisah yang sangat romantis seperti yang diceritakan Abu Wadaah sendiri kepada saya." Orang-orang berkata,

Romantis, Said bin Musayyab Menikahkan Putrinya
Ilustrasi/Net

Selanjutnya aku naik jendela atas rumah untuk memanggil para tetangga. Mereka datang dengan kebingungan sambil bertanya, "Ada apa wahai Abu Wadaah?" Aku bertanya, "Hari ini aku dinikahkan oleh Syaikh Said bin Musayyab, sekarang putrinya itu telah dibawa kemari. Kuminta kalian agar menghibur dia sementara aku hendak memanggil ibuku sebab rumahnya jauh dari sini." Ada seseorang wanita tua di antara mereka berkata, "Sadarkah engkau dengan apa yang engkau ucapkan? Mana mungkin Said bin Musayyab menikahkan engkau dengan putrinya, sedangkan pinangan al-Walid bin Abdul Malik putra Amirul Mukminin telah ditolak."

Aku katakan, "Benar, Engkau akan melihatnya di rumahku. Datanglah dan buktikan." Beberapa tetanggaku berdatangan dengan rasa penasaran hampir tak percaya, kemudian mereka menyambut dan menghibur istriku itu. Tak lama kemudian ibuku datang. Setelah melihat istriku, dia berpaling kepadaku seraya berkata, "Haram wajahku bagimu kalau engkau tidak membiarkan aku memboyongnya sebagai pengantin yang terhormat." Aku katakan, "Terserah ibu."

Istriku dibawa oleh ibuku. Tiga hari kemudian dia diantarkan kembali kepadaku. Ternyata istriku adalah wanita yang paling cantik di Madinah, paling hafal Kitabullah, dan paling mengerti soal-soal hadis Rasulullah, juga paham akan hak-hak suami. Sejak saat itu dia tinggal bersamaku. Selama beberapa hari ayah maupun keluarganya tidak ada yang datang. Kemudian aku datang lagi ke halaqah Syaikh di masjid. Aku memberi salam kepadanya. Beliau menjawab, lalu diam. Setelah majelis sepi, tinggal kami berdua, beliau bertanya,
Said: "Bagaimana keadaan istrimu, wahai Abu Wadaah?"
Aku: "Dia dalam keadaan disukai oleh kawan dan dibenci oleh musuh."
Said: "Alhamdulillah."
Sesudah kembali ke rumah, kudapati beliau telah mengirim banyak uang untuk membantu kehidupan kami"

Baca Juga : Bacalah Kisah Indah Kehidupan Pemberian Allah

Mendengar kisah itu, putra-putra Abdul Malik berkomentar, "Sungguh mengherankan orang itu." Orang yang bercerita itu berkata, "Apa yang mengherankan wahai tuan? Dia memang manusia yang menjadikan dunianya sebagai kendaraan dan perbekalan untuk akhiratnya. Dia membeli untuk diri dan keluarganya, akhirat dengan dunianya. Demi Allah, bukan karena beliau bakhil terhadap putra Amirul Mukminin dan bukannya beliau memandang bahwa al-Walid tidak sebanding dengan putrinya itu. Hanya saja beliau khawatir putrinya akan terpengaruh oleh fitnah dunia ini.

Halaman :


Editor : Bsafaat