Aneh, Panen Garam 2019 Melimpah tapi Pembudidaya Gigit Jari

Wilayah pesisir Kabupaten Karawang, selama ini menjadi salah satu central produksi garam di Jawa Barat. Bahkan, garam asli kabupaten ini cukup terkenal kwalitasnya hingga ke daerah lain.

Aneh, Panen Garam 2019 Melimpah tapi Pembudidaya Gigit Jari
Ilustrasi/Antara Foto

INILAH, Karawang - Wilayah pesisir Kabupaten Karawang, selama ini menjadi salah satu central produksi garam di Jawa Barat. Bahkan, garam asli kabupaten ini cukup terkenal kwalitasnya hingga ke daerah lain.

Kondisi cuaca di 2019 ini, ternyata sedikit membawa berkah bagi para pembudidaya garam. Tak heran, musim panen garam tahun ini, jauh lebih cepat dari yang direncanakan. Sayangnya, geliat budidaya garam yang mulai meningkat ini tak dibarengi dengan harga jual yang memuaskan.

Pasalnya, di musim panen kali ini harga garam terjun bebas. Saat ini, harga garam di tingkat pembudidaya hanya dibandrol Rp 700 per kilogramnya. Padahal, saat musim panen tahun lalu, harga tertingi itu mencapai Rp 3.500 per kilogram. Alhasil, pembudidaya pun gigit jari atas kondisi tersebut.

Salah seorang pembudidaya garam, Desa Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Nurdin (48) menuturkan, saat ini sebagain lahan garam sudah mulai panen. Meskipun, belum panen raya. Sayangnya, sejumlah petambak tidak bisa menikmati hasil panen yang memuaskan.

“Garam kami tak laku dijual. Kalau pun ada yang mau beli, harganya cuma dibandrol Rp 700 per kilogramnya,” ujar Nurdin kepada wartawan, Rabu (3/7/2019).

 Alasan hasil panen kali ini kurang diminati, karena hampir seluruh gudang milik pengepul dalam kondisi penuh. Sehingga mereka menolak untuk membeli. Jadi, kalau pun ada yang sanggup beli, itu pun dengan harga tawar Rp 700 per kilogram.

Menurut Nurdin, musim panen garam tahun ini sangat tidak menggairahkan bagi pembudidaya. Karena, sudah harganya jatuh pengepul juga tidak bersedia membeli garam dari pembudidaya.

Halaman :


Editor : Bsafaat