Bagaimana Belajar Ikhlas dari Puasa Ramadan? (1)
Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata,"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah keluar menemui kami dan kami sedang mengingatkan akan (bahaya) Al-Masih Ad-Dajjal.
PERTAMA: Belajar tidak mengharap pujian manusia
Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata,"Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah keluar menemui kami dan kami sedang mengingatkan akan (bahaya) Al-Masih Ad-Dajjal. Lantas beliau bersabda, "Maukah kukabarkan pada kalian apa yang lebih samar bagi kalian menurutku dibanding dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal?" "Iya", para sahabat berujar demikian kata Abu Said Al-Khudri. Beliau pun bersabda,
"Syirik khofi (syirik yang samar) di mana seseorang shalat lalu ia perbagus shalatnya agar dilihat orang lain." (HR. Ibnu Majah, no. 4204. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Baca Juga : Ini Dia! Kumpulan Aplikasi Makanan Sahur dan Buka Puasa
Berbuat riya (pamer amalan) benar-benar tidak akan dipedulikan oleh Allah Taala. Dalam hadits disebutkan,
"Allah Tabaroka wa Taala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya" (HR. Muslim, no. 2985).
Imam Nawawi rahimahullah menuturkan, "Amalan seseorang yang berbuat riya (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa" (Syarh Shahih Muslim, 18: 115).
Baca Juga : Hari Pertama Ramadan, Harga Kebutuhan Pokok di Bandung Stabil
[baca lanjutan: Bagaimana Belajar Ikhlas dari Puasa Ramadan? (2)]