BMKG Minta Masyarakat Waspada Bencana Hidrometeorologi di Jawa Barat

Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Provinsi Jawa Barat Indra Gustari meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi munculnya bencana hidrometeorologi, akibat curah hujan yang ekstrim sepanjang Oktober ini.

BMKG Minta Masyarakat Waspada Bencana Hidrometeorologi di Jawa Barat
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Provinsi Jawa Barat Indra Gustari meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi munculnya bencana hidrometeorologi, akibat curah hujan yang ekstrim sepanjang Oktober ini./Yuliantono

INILAHKORAN, Bandung – Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Provinsi Jawa Barat Indra Gustari meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi munculnya bencana hidrometeorologi, akibat curah hujan yang ekstrim sepanjang Oktober ini.

Indra mengatakan, sejumlah daerah seperti Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikamalaya, Kota Ciamis dan Kabupaten Pangandaran, masuk dalam kategori siaga 1 yang memiliki potensi cenderung tinggi mengalami bencana seperti banjir dan longsor.

Sedangkan Bandung Raya, Kabupaten Sumedang dan wilayah utara Jawa Barat masuk dalam kategori waspada akan potensi bencana hidrometeorologi akibat musim hujan, dengan intensitas tinggi.

Baca Juga : FOTO: Sinergi LinkAja dengan Agronesia

“Beberapa daerah curah hujan sudah mulai tinggi. Puncaknya di Oktober ini. Makanya di awal Oktober ini BMKG memberikan surat himbauan yang sudah disampaikan kepada kepala daerah, untuk waspada beberapa potensi terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. Ini juga ada yang level waspada dan siaga,” ujarnya di Gedung Sate, Senin (10/10/2022).

Kendati demikian dia menyebut, curah hujan yang tinggi tidak serta merta dapat menyebabkan bencana terjadi dalam satu wilayah. Ada beberapa faktor penyebab, untuk bencana banjir dan longsor. Hanya saja, daerah dengan kontur miring seperti pegunungan, memiliki potensi lebih besar akan terjadinya longsor.

“Daerah yang masuk level waspada dan siaga, tergantung dengan potensi ekstrim yang kita tangkap. Untuk bencananya berbeda lagi, karena curah hujan yang tinggi itu tidak otomatis menyebabkan bencana. Tergantung kondisi lahan, ketahanan permukaan. Intinya bisa dipicu oleh intensitas hujan, ataupun akumulasi hujan yang berhari-hari,” ucapnya.

Baca Juga : Pemprov Jabar Patah Hati, Pembangunan Tol Cigatas Molor

Indra menambahkan, musim hujan tahun ini dipengaruhi oleh fenomena La Nina dan Dipole Mode Negatif atau penyimpangan suhu permukaan air laut di Samudera Hindia. Ini diperparah dengan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) atau gelombang atmosfer yang memicu produksi awan hujan menjadi lebih tinggi.

Halaman :


Editor : JakaPermana