Gaya Hidup Berlebihan Memicu Kehancuran Rumah Tangga

SALAH satu penyebab kehancuran rumah tangga adalah gaya hidup yang berlebihan. Semuanya di luar batas kemampuan. Jadilah utang menggunung yang membuat prahara tak terhindarkan.

Gaya Hidup Berlebihan Memicu Kehancuran Rumah Tangga
Ilustrasi/Net

SALAH satu penyebab kehancuran rumah tangga adalah gaya hidup yang berlebihan. Semuanya di luar batas kemampuan. Jadilah utang menggunung yang membuat prahara tak terhindarkan.

Dalam artikelnya di muslimah.or.id, Ustazah Isruwanti Ummu Nashifa membeberkan sebuah hadits mulia yang bisa membuat para wanita lebih menyadari betapa sikap qana’ah sangat dibutuhkan agar kehidupan pernikahan langgeng dunia dan akhirat kemudian beliau bersabda:

“Sesungguhnya awal penyebab kehancuran Bani Isra’il adalah tatkala ada seorang wanita fakir membebani dirinya dalam hal pakaian atau mode sebagaimana wanita kaya”. Beliau sallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan, “Seorang wanita Bani Israil yang berpostur pendek dan ia membuat dua buah kaki dari kayu (agar terlihat tinggi) dan cincin yang mempunyai tutupan yang gantungi minyak wangi misk. Ia keluar berjalan di antara dua wanita yang tinggi. Maka mereka (bani Isra’il) mengutus seseorang untuk membuntuti tiga wanita itu, sehingga mereka mengenali dua orang wanita yang tinggi namun tidak tahu siapa wanita pemilik kaki kayu tersebut.” (HR. Muslim no. 2252).

Baca Juga : Agar Harta Kita Membawa Kita ke Surga, Begini Doanya

Berkata Syaikh Sulaiman al-Asyqar, “Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada kita bahwa awal kerusakan yang berakhir dengan kehancuran, di mana orang-orang kaya menghabiskan harta yang banyak untuk mengikuti tren, baik mode, perhiasan maupun pakaian. Di antaranya juga adalah boros dalam membelanjakan nafkah yang diberikan suami sehingga wanita fakir berlagak seperti orang kaya, di mana mereka menuntut suaminya untuk membelikan pakaian maupun perhiasan seperti orang-orang kaya. Kita memahami bagaimana bencana yang ditimbulkan dalam masyarakat karena hal ini. Suami yang fakir akhirnya banting tulang siang malam untuk meloloskan permintaan istrinya. Terkadang ia tak mampu memberikannya, sehingga ia menjual rumah atau tanahnya yang itu merupakan sumber penghasilannya, dan terkadang menyeretnya untuk berhutang, meminta-minta, terlilit riba, sehingga hutangnya menggunung dan tidak bisa dilunasi, dan kenyataan pahit lainnya yang kita lihat di masyarakat sekarang” (Shahih Qashash an-nabawiy hal. 363-365).

Ustazah memberi saran kepada para istri shalihah untuk lebih bersyukur dengan pemberian suami dan melihat kepada saudaranya sesama Muslimah yang hidup serba sulit dengan nafkah yang sangat terbatas. Rezeki sudah dibagi dan tak tertukar dengan orang lain karenanya tak pantas kita iri hati dan ingin seperti mereka, terlebih lagi menempuh beragam cara agar gaya hidup kita terlihat glamor dan mengikuti tren masa kini.

Bersikaplah realistis dan bersahaja, merasa cukup dengan karunia Allah ta’ala niscaya hati akan diliputi kebahagiaan.

Baca Juga : Pemanasan, Bagaimana Syariat Islam Memandangnya?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Halaman :


Editor : Bsafaat