Jabal Nur Saksi Bisu Turun Wahyu

Kondisi objektif masyarakat Arab pra Islam sangatlah buruk. Terutama masyarakat Makah, dengan kondisi alam yang tandus dan gersang, memungkinkan mereka menjadi masyarakat nomaden atau pengembara yaitu masyarakat yang hidup berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain di yang ada mata air serta rumput hijau untuk bercocok tanam dan beternak.

Jabal Nur Saksi Bisu Turun Wahyu
Dr.Tata Sukayat, M.Ag. Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syiuar Islam (LPPSI) Universitas Pasundan.

Padahal nabi menjawab perintah Jibril, aku tidak bisa membaca. Karena memang Jibril tidak membawa media tulis yang bisa dibaca, seumpama "papan bertuliskan, buku atau shahifah bertuliskan". Kita juga yang sudah terampil membaca, jika disuruh membaca tanpa ada media yang bisa dibaca, pasti tidak bisa membaca.

Selain bertentangan dengan jululan fathonah kepada nabi  Muhammad Saw. Sedangkan yang mendapat julukan fathonah pada zaman itu adalah mereka yang memiliki kemampuan baca dan tulis yang baik.

Pertimbangan lain, al-Quran surat al-Ahzab ayat 21 bahwa keberadaan nabi Muhammad Saw sebagai uswah hasanah, contoh terbaik buat umatnya. Jika nabinya fathonah (cerdas), maka umatnya harus mencontoh kecerdasan beliau. Tapi jika personifikasi nabinya bodoh (tidak bisa membaca dan menulis), maka umatnya juga harus demikian. Sehingga dimensi uswah hasanahnya menjadi hilang. Nabi kita cerdas, wahyu pertamanya perintah membaca. Bacalah kitab al-Quran supaya hidup teratur, dan bacalah kitab Kehidupan, supaya lahir karya-karya nan luhur.

Baca Juga : Amal Kebaikan yang Bisa Dilakukan pada Muharram

*Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syiuar Islam (LPPSI) Universitas Pasundan

Halaman :


Editor : tantan