Kasus DBD di Purwakarta Mulai Meningkat

Memasuki musim penghujan, ancaman berbagai penyakit bermunculan di Kabupaten Purwakarta. Salah satunya, penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). 

Kasus DBD di Purwakarta Mulai Meningkat
INILAH, Purwakarta – Memasuki musim penghujan, ancaman berbagai penyakit bermunculan di Kabupaten Purwakarta. Salah satunya, penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). 
 
Di awal tahun 2019, kasus DBD cukup tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purwakarta, sudah ada 76 warga yang diduga terjangkit penyakit yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk aedes aegepty.
 
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Purwakarta Muhamad Zubaedi mengatakan, tahun ini kasus DBD cukup tinggi dibanding awal tahun lalu. 
 
"Kasusnya (DBD) mulai menunjukan peningkatan. Saat ini sudah terdata 76 kasus," ujar Zubaedi kepada wartawan, Rabu (23/1/2019).
 
Menurutnya, saat ini seluruh warga yang diduga terjangkit, statusnya masih sebagai suspect DBD. Persoalannya, pasien tersebut harus diuji di laboratorium untuk mendapatkan kepastian apakah terjangkit DBD atau tidak.
 
Dia menjelaskan, peningkatan pasien yang terkena penyakit DBD merupakan dampak perubahan cuaca. Pasalnya, musim hujan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya penderita DBD.
 
“Pada 2018 lalu, DBD mencapai 263 kasus. Untuk kasus bulan Januari, ada 30 kasus. Data awal tahun ini meningkat dibandingkan data awal tahun lalu,” katanya. 
 
Dia menambahkan, dalam mengendalikan dan mencegah penyebaran DBD diperlukan upaya yang efektif. Terlebih DBD merupakan penyakit serius, termasuk kasus medis besar yang menjadi perhatian utama di negara berkembang.
 
“Penyebaran penyakit ini bukan hanya akibat faktor perubahan cuaca. Tapi bisa juga karena pola hidup masyarakat yang kurang sehat. Akibatnya, menjadi salah satu penyebab masyarakat mudah terjangkit virus dari nyamuk itu,” ujarnya.
 
Dia mengatakan, untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan nyamuk aedes aegyti tersebut tidak bisa hanya dengan pengasapan (fogging). Karena, cara itu hanya membunuh nyamuk dewasa dan tidak sampai membunuh jentiknya.
 
“Hal yang paling efektif harus bersifat antisipatif. Misalnya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan serta lebih meingkatkan pola hidup bersih,” bebernya.


Editor : inilahkoran