Mengenai Tabu, Dimulai Sejak Orok

Ada kearifan lama masyarakat Jawa mengenai tabu di saat-saat seorang ibu mengandung jabang bayi.

Mengenai Tabu, Dimulai Sejak Orok
Ilustrasi (antara)

Di masa ketika pemerintah mencanangkan gerakan revolusi mental, agaknya tabu tentang ibu hamil itu bisa dimanfaatkan sisi positifnya.

Ekstensifikasi tabu

Di tengah perhatian publik pada problem korupsi, tabu membunuh itu bisa diperluas, diekstensifikasi ke arah nilai-nilai tabu mencuri, tabu berbohong.

Baca Juga : David Hasselhoff Lelang Mobil Ikonik Knight Rider

Ajaran moral memang melarang manusia untuk mencuri dan berbohong. Kapan pun, bukan situasional. Namun, memberi tekanan pada ajaran moral itu, teristimewa di kala seorang ibu mengandung oroknya, dengan mewanti-wanti sang suami untuk tidak mencuri dan atau berbohong dalam segala bentuknya, dengan nawaitu agar kelak sang anak punya integritas luhur agaknya perlu dilembagakan secara internal personal.

Asumsi dasar atau argumen perlunya menabukan sang suami (termasuk sang istri, tentunya) mencuri dan berbohong dalam arti seluas-luasnya di saat sang belahan jiwa mengandung juga punya landasan religius. Ini bisa ditemukan pada pesan profetik yang berbunyi: Janganlah memberi makan anak istrimu dari nafkah yang diperoleh secara haram. Nafkah yang diperoleh dari mencuri dan menipu.

Memulai sejak masa kandungan untuk melahirkan individu anti korupsi jelas lebih radikal dibandingkan ide yang selama ini disosialisasikan: mengenalkan nilai-nilai kejujuran pada anak sejak dini. Tentu penanaman nilai ini mutlak dilakukan ketika sang orok lahir dan bertumbuh menjadi anak-anak.

Tabu mencuri dan menipu di saat istri mengandung selama ini belum menggaung baik di kalangan komunitas urban maupun adat. Bagi mereka yang menjalankan ajaran agama secara kafah tentu tak perlu lagi diperkenalkan tabu ini.


Editor : suroprapanca