Mengenai Tabu, Dimulai Sejak Orok

Ada kearifan lama masyarakat Jawa mengenai tabu di saat-saat seorang ibu mengandung jabang bayi.

Mengenai Tabu, Dimulai Sejak Orok
Ilustrasi (antara)

Larangan berupa "nahi munkar" itu sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Namun, bukankah semakin afdol jika tabu itu dipertegas, diberi aksentuasi dalam mengamalkan hidup yang lurus, di kala seorang istri sedang mengandung.

Perkara korupsi di sebuah negeri memang kompleks. Telaah ihwal ini sudah dilakukan berbagai disiplin ilmu sejak studi pembangunan berkembang pesat di dekade 60-70. Bahkan secara ironis muncul jargon "budaya korupsi". Ini istilah atau frasa yang kontradiktif alias paradoksal.

Bagaimana mungkin istilah "budaya" yang merujuk pada karya cipta dan nilai yang membangun, membuat masyarakat beradab dan maju berpadu dengan "korupsi", nilai dan aksi yang destruktif.

Juga ironis ketika muncul proposisi bahwa korupsi bagaikan pelumas yang berfungsi melancarkan beragam urusan pembangunan. Proposisi ini agaknya muncul dari akademisi yang mencoba berdamai dengan rezim yang sedang berkuasa, yang nyata-nyata melakukan korupsi masif di berbagai lapisan birokrasi.

Kini tak satu pun teori yang mengamini proposisi itu. Sudah ada kesepakatan: korupsi, dalam dirinya sendiri, dalam segala bentuknya jahat!

Godaan korupsi tak pernah absen dalam tahap-tahap perkembangan hidup manusia. Ego mengutamakan diri sendiri, dengan mengabaikan prinsip keadilan, agaknya dialami manusia sejak dini. Anak-anak, terutama bagi yang punya kelemahan fisik, berusaha menghadapi pesaing mereka yang lebih superior dengan menjalankan trik yang tak jarang melanggar sportivitas.

Bahkan pelatih bola Jose Morinho pernah berujar kurang lebih begini: jika Anda yang berkendaraan biasa harus berpacu melawan Lamborghini, harus perlu mengempeskan ban mobil kompetitor Anda sebelum berpacu. Ini menandakan insting licik menghadapi persaingan tak seimbang.


Editor : suroprapanca