Mengenai Tabu, Dimulai Sejak Orok

Ada kearifan lama masyarakat Jawa mengenai tabu di saat-saat seorang ibu mengandung jabang bayi.

Mengenai Tabu, Dimulai Sejak Orok
Ilustrasi (antara)

INILAH, Bandung - Ada kearifan lama masyarakat Jawa mengenai tabu di saat-saat seorang ibu mengandung jabang bayi.

Ketika istri hamil, sang suami dilarang keras untuk membunuh. Semua hewan, baik yang jinak maupun yang buas atau membahayakan. Tikus tak boleh dibunuh. Juga ular yang tersesat masuk di kolong tempat tidur.

Tentu tabu tidak mutlak. Apa sih yang mutlak di jagat ini, kecuali yang transendental? Artinya, jika sang suami berprofesi nelayan, tak mungkin dia mengelak untuk tak membuat ikan terkapar dan mampus. Di sini ada penjelasannya. Yang dilarang bukan membunuh sembarang membunuh.

Baca Juga : Mobil Listrik Bantu Volvo Pulih dari Dampak Pandemi

Jika Anda penjual pecel lele dan harus mengiris leler ikan itu sebelum menggaraminya, itu tak masuk dalam definisi membunuh. Ini beda dengan bila ada tikus sedang terjebak di bak mandi. Bila anda menghantamnya hingga tewas, Anda membunuh hewan itu. Solusi? Suruhlah salah satu anggota keluarga Anda (selain istri yang sedang hamil) atau orang lain untuk membunuh binatang pengerat itu, yang kadang memicu penyakit sirosis hati.

Kira-kira apa argumen dari tabu seperti itu? Semua orang bisa menjawab pertanyaan itu. Cukup secara intuitif. Membunuh adalah salah satu bentuk kekerasan. Korban pasti merasakan sakit, teraniaya. Pada umumnya, bukan cuma orang Jawa, yang meyakini hukum karma. Sedikitnya percaya hukum keemasan, "golden rule", yang dikandung dalam dogma banyak agama: jangan menyakiti jika tak ingin disakiti. Atau tepatnya: perlakukan orang lain seperti kau ingin diperlakukan orang itu.

Tabu itu agaknya hendak berpesan: Ketika sepasang suami dan istri (yang membunting) berlaku penuh kasih kepada sesama makhluk, orok yang lahir kelak dipercaya menerima kasih sayang balasan dari semesta.

Baca Juga : Mazda Perluas Jajaran Kendaraan Baru Mulai 2022

Kearifan Jawa ini--mungkin juga jadi kultur etnis lain--jelas punya ekses. Apa pun, termasuk tabu, terbuka mengandung sisi eksesif. Contoh, saat ada anak yang tewas digigit ular, akan ada yang berkomentar: "Dulu waktu anak itu dikandung ibunya, bapaknya pasti membunuh ular".

Halaman :


Editor : suroprapanca