Perpustakaan UMC Lawan Perundungan Lewat Diskusi dan Bedah Buku BULLY

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) turut ambil bagian dalam perlawanan melawan praktik perundungan atau bullying. Salah satunya melalui kegiatan diskusi bedah buku berjudul "Bully", di Aula Masjid Raya Universitas Muhammadiyah (UMC) Cirebon, Senin 26 Juni 2023.

Perpustakaan UMC Lawan Perundungan Lewat Diskusi dan Bedah Buku BULLY
Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) turut ambil bagian dalam perlawanan melawan praktik perundungan atau bullying. Salah satunya melalui kegiatan diskusi bedah buku berjudul "Bully", di Aula Masjid Raya Universitas Muhammadiyah (UMC) Cirebon, Senin 26 Juni 2023.

Diskusi bedah buku Bully yang digelar perpustakaan UMC itupun menghadirkan narasumber buku Nissa Rengganis (penulis), Toni Handoko (Fotofrafer) dan Wanggi Hoed (Mime), dengan Pemantik Diskusi Ida Ri’aeni, Kaprodi Ilmu Komunikasi FISIP UMC.

Menurut Nissa, Dari data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis data, sepanjang tahun 2022, setidaknya sudah terdapat lebih dari 226 kasus kekerasan fisik dan psikis, termasuk perundungan yang jumlahnya terus meningkat hingga saat ini. 

"Tidak hanya itu, data riset yang pernah dirilis oleh Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2018 juga menunjukkan bahwa sebanyak 41,1 persen siswa di Indonesia mengaku pernah mengalami perundungan. Sangat mencemaskan," jelas Nissa. 

Baca Juga : Biadab! Belasan Tahun Gauli Anak Sendiri, Tujuh Bayi Dihabisi, Pria Banyumas Jadi Tersangka

Pertanyaan Nissa terkait keresahannya akan perundungan, dijawab Wanggi Hoed dengan ekspresi, mimik, body language tentang tema yang diangkat.

"Sadar atau tidak kita seringkali menjadi pelaku atau korban Bully. Ketika kecil saya yang kurus ini dipanggil si Ceking. Saya memilih untuk mengabaikan. Karena jika kita balas dengan mengatakan kamu gendut atau lainnya, praktis kita sudah menjadi pembully. Mengekspresikan rasa dan pengalaman bully dalam bentuk mime, saya berusaha menunjukan ekspresi agar pembaca tidak salah makna, Mungkin itu tantangannya," papar Wanggi.

Toni Handoko, fotografer potrait yang mengcapture karyanya melalui foto hitam putih dalam buku ini.  "Karya hitam putih adalah karya yang sangat kaya akan interpretasi. Dari foto hitam putih, warna yang kaya akan muncul dalam benak masing-masing pembaca atau siapapun yang melihatnya. Hitam putih juga merupakan wilayah netral," ujarnya.

"Semakin banyak kasus perundungan di sekitar kita, membuat kita tidak bisa lepas dari hal ini. Korban terbanyak menimpa anak-anak di lingkungan sekolah. Namun tak hanya itu, siapapun bisa menjadi korban. Bahkan di lingkungan pendidikan tinggi. Belum lagi di ruang maya, cyberbullying bisa menimpa siapapun ketika dianggap aneh atau asing," imbuhnya.


Editor : Ghiok Riswoto