Tingginya Harga Diri Seorang Muslimah

 Ketika seseorang memutuskan dirinya untuk bernaung di dalam Islam, sesungguhnya ia sedang menerima kehormatan diri yang meliputi ketenangan, ketentraman, kenyamanan dan penjagaan yang sempurna, untuk kehidupan dunia dan akhiratnya.

Tingginya Harga Diri Seorang Muslimah
Ilustrasi/Net

Meski secara kuantitatif jumlah wanita separuh dari masyarakat dunia, tetapi pengaruhnya terhadap saudara kandungnya, suaminya atau anak-anaknya dan masyarakat sekitarnya, melampaui lebih dari itu. Wanita adalah pribadi yang mukallaf (mempunyai tanggung jawab) sebagaimana laki-laki. Ia mendapat perintah dan larangan sama sebagaimana laki-laki, ia juga diberi penghargaan pahala dan juga siksa apabila melanggar perintahNya.

Islam menempatkan wanita dalam posisi terhormat, sebagai saudara kandung dan juga partner bagi pria dalam seluruh dimensi kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (AQ S 33: 35)

Baca Juga : Ulama Poligami Diam-Diam, Mencoreng Wajah Syariat?

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (AQ S 9:71)

Kedua ayat tersebut menegaskan bahwa wanita memiliki kedudukan setara dengan para lelaki, mereka saling menolong dalam berbagai lapangan kebajikan, tanpa memandang perbedaan di antara keduanya, selain keutamaan untuk melakukan amar maruf nahiy mungkar.

Wanita pula yang mendapat dakwah pertama, yaitu bunda Hawa, dari manusia pertama, yaitu nabi Adam. Di dalam al Quran, tidak ada keterangan yang menunjukkan bahwa wanita, yakni bunda Hawa, harus bertanggung jawab atas kesalahan Adam as. Bahkan pertanggungjawaban yang pertama kali adalah pertanggungjawaban Adam. Sedangkan Hawa, hanya mengikutinya.

Allah swt berfirman : "Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat." (AQ S Al baqarah 115)


Editor : Bsafaat