ZIS Masih Rendah, Baznas KBB Bentuk UPZ dari Kecamatan hingga RW

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Bandung Barat (KBB), melaksanakan pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di 16 kecamatan.

ZIS Masih Rendah, Baznas KBB Bentuk UPZ dari Kecamatan hingga RW
Ketua Baznas KBB, Iing Nurdin/INILAH-Agus Satia Negara
INILAHKORAN, Ngamprah - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Bandung Barat (KBB), melaksanakan pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) di 16 kecamatan.
Pembentukan UPZ tersebut dilakukan sebagai upaya optimalisasi dalam pengelolaan zakat dari masyarakat. 
Ketua Baznas KBB, Iing Nurdin mengatakan, sudah menjadi kewajiban dari Baznas KBB untuk melakukan pengolaan zakat baik pengumpulan maupun pendistribusian. Sehingga, hal tersebut juga harus didukung oleh personel di tingkat kecamatan, desa, dan RW
"Melalui UPZ ini kami ingin pengelolaan zakat di KBB jadi lebih maksimal lagi. Khususnya, dalam pengumpulan dan juga pendistribusian," katanya kepada wartawan.
Ia menilai, keterbatasan personel di Baznas membuat pengelolaan zakat selama ini jadi tidak optimal. Oleh karenanya, pengelolaan harus didukung oleh unit-unit lainnya. 
"Sesuai perundang-undangan, Baznas tingkat kabupaten memiliki kewenangan untuk membentuk UPZ di kecamatan," ujarnya.
Nantinya, jelas dia, mereka pun bakal membentuk UPZ di 165 desa dan selanjutnya di tingkatan RW. Dengan begitu, tugas dalam pengumpulan zakat dari masyarakat menjadi ringan. 
"Itu pun termasuk ikut memberikan pemahaman dan sosialisasi terkait dengan tata kelola serta pemberian zakat melalui Baznas," jelasnya.
Menurutnya, harus diakui literasi terkait zakat, infaq, shodaqoh (ZIS) di masyarakat, khususnya di KBB masih rendah. 
"Harapannya dengan banyaknya UPZ maka literasi akan semakin masif, dan pengetahuan masyarakat soal zakat juga meningkat," tuturnya. 
Lebih lanjut ia menjelaskan, selama ini yang sudah berjalan, pengumpulan zakat masih sangat tergantung kepada ASN yang rutin berjalan. 
Menurutnya, apabila dirata-ratakan dari zakat profesi ASN dalam sebulan bisa terkumpul sekitar Rp300 juta sampai Rp370 juta. 
"Jika dimaksimalkan potensi itu masih bisa bertambah lagi," imbuhnya.
Tak hanya itu, terang dia, dari sisi pemanfaatan teknologi pihaknya juga sudah membuat layanan Qris/scan barcode untuk mereka yang mau menyisihkan ZIS
"Inovasi itu sudah berjalan sebulan dan menghasilkan uang terkumpul antara Rp15-20 juta," terangnya.
Ke depan, tambah dia, pihaknya pun akan menjajagi kerjasama dengan Disperindag untuk pengumpulan ZIS di pasar. 
"Kami juga melakukan pendistribusian dan pendayagunaan bantuan, misalnya untuk bantuan kesehatan, beasiswa, serta pembentukan Zmart, Zchicken, dan Zternak," tandasnya.*** (agus satia negara).


Editor : JakaPermana