April Ini Jabar Panen Sekitar 737 Ribu Ton Beras

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTH) Provinsi Jawa Barat Dadan Hidayat mengungkapkan, pada April ini Jabar akan panen raya sekitar 737 ribu ton beras.

April Ini Jabar Panen Sekitar 737 Ribu Ton Beras
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTH) Provinsi Jawa Barat Dadan Hidayat

INILAHKORAN, BandungKepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTH) Provinsi Jawa Barat Dadan Hidayat mengungkapkan, pada April ini Jabar akan panen raya sekitar 737 ribu ton beras.

Angka sekitar 737 ribu ton beras ini lanjut Dadan, didapat dari hampir 224 ribu hektare sawah yang dipanen pada April mendatang. Dengan perhitungan 224 ribu hektare sawah di kali 5,7 ton sehingga menjadi 1.276.800 ton gabah kering. Jumlah gabah kering ini di kali 57,75 persen dan didapat sekitar 737 ribu ton beras.

Jumlah tersebut diakuinya sedikit lebih baik, ketimbang ketika masa fenomena El Nino tahun kemarin. Dimana terakhir, pada masa tanam Oktober-Desember 2023 hanya mampu memanen dari 173 ribu hektare sawah.

Walaupun normalnya biasanya Jawa Barat, terutama pada masa tanam Januari sanggup memanen padi dari 423 ribu hektare sawah.

"Tapi itu baru angka prediksi dari BPS (Badan Pusat Statistik) ya. Untuk panen April ini," ujar Dadan saat ditemui usai rapat pimpinan (Rapim) di Gedung Sate, Rabu 6 Maret 2024 kemarin.

Kendati belum optimal, Dadan mengaku ketersediaan beras di Jawa Barat masih terbilang aman. Sebab pada awal 2023 lalu, Jabar sempat surplus hingga 1,2 juta ton beras.

"Makanya, produksi itu yang dikonsumsi oleh kita sekarang," ucapnya.

Dia melanjutkan, meski El Nino sudah dinyatakan berakhir, kondisi alam diakuinya masih belum baik-baik saja. Terlebih dalam waktu dekat sudah akan memasuki musim kemarau.

Maka dari itu pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian kata dia, menginstruksikan daerah khususnha Jabar untuk melakukan sejumlah strategi agar tidak hanya mengandalkan sawah yang teririgasi.

Diantaranya dengan memanfaatkan peluang lahan tadah hujan yang sebelumnya belum produktif, untuk dijadikan areal persawahan.

"Kalau (lahan) dekat sungai, kita lakukan pompanisasi atau pipanisasi. Kalau tidak ada, kita bantu buat sumur dalam. Sehingga musim kemarau tidak hanya mengandalkan sawah yang ada irigasi teknis," imbuhnya.

Langkah ini sekaligus upaya guna melakukan swasembada pangan, seiring dengan adanya beberapa negara yang menarik diri sebagai eksportir beras ke Indonesia.

"Nasional, Jawa Barat tidak ingin ada masalah dengan pangan karena negara yang mengekspor ke kita menutup. Contoh India. Mau tidak mau kita harus swasembada pangan," tandasnya. (Yuliantono)


Editor : Ahmad Sayuti